Minggu, 11 Januari 2009 - 13:11 wib
KUPANG - Gizi buruk kembali menewaskan tiga balita di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dua korban tewas yakni Monika Monteiro (2) dan Soni Haning(1), warga Desa Oebelo, Kecamatan Kupang Tengah. Satu korban lainnya yakni Defiana M Kefi (1), warga Kelurahan Pasir Panjang, Kecamatan Kelapalima. Ketiganya meninggal dunia di RS WZ Yohannes Kupang, Jumat lalu.
Hingga pekan kedua Januari 2009, jumlah korban tewas akibat gizi buruk menjadi sembilan orang. Tujuh di antaranya warga Kabupaten dan Kota Kupang, sementara dua lainnya warga Kabupaten Sumba Timur. Yakob Haning, ayah kandung Soni, yang dihubungi Minggu (11/1/2009)mengakui anaknya meninggal dunia akibat komplikasi diare dan gizi buruk.
"Kalau hanya diare maka pasti bisa disembuhkan. Tetapi karena komplikasi dengan gizi buruk sehingga nyawa anak saya gagal diselamatkan tim medis," ujarnya.
Sementara Agustino Monteior, ayah Monika Monteior mengatakan, ketiadaan biaya menjadi penyebab anaknya tidak dapat berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. "Dari mana kami dapatkan uang? Untuk makan saja susah," katanya.
Lelin Itha, Ketua Badan Perwakilan Masyarakat Desa Pitay, Kecamatan Sulamu, mengatakan, pemerintah telah menghentikan pelayanan kesehatan bagi balita dan ibu hamil di wilayah itu, sejak 2008 lalu.
"Sebagian besar balita dan anak-anak tidak mendapat pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi polio, BCG, DPT, campak dan imunisasi lainnya serta makanan tambahan bergizi. Padahal, sebagian balita dan anak mengalami gizi buruk," katanya.
Dia menambahkan, untuk mendapatkan pelayanan imunisasi, para balita dan anak-anak harus menempuh perjalanan darat melalui jalan berbatu sepanjang 80 kilometer ke Kota Kupang karena buruknya pelayanan medis dari petugas Puskesmas maupun posyandu.
"Faktor ini yang menjadi penyebab utama terus bertambahnya korban tewas akibat gizi buruk," katanya.
Anggota DPRD NTT, Karel Yani Mbuik, yang dihubungi di Kupang, mengatakan, pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota lebih banyak menghabiskan waktu, dana dan energi untuk mengurus pemilu kepala daerah dan kegiatan politik lainnya daripada mengurus kesehatan dasar masyarakat.
"Ini bukti bahwa tidak ada keseriusan lagi dari pemerintah untuk memperhatikan kesejahteraan rakyat," kata Mbuik.
Lebih dari 100.000 balita di 20 kabupaten/kota di NTT dilaporkan menderita gizi buruk, kurang gizi dan busung lapar. Sebagian besar penderita gizi berasal dari keluarga miskin dan menetap di desa terpencil dan terisolir.
Tahun 2008 lalu, korban tewas di NTT akibat gizi buruk mencapai 28 orang.Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur (Sumtim) mengalokasikan sejumlah dana untuk pemberian makanan tambahan bagi balita gizi buruk di daerah itu.
Dana akan disalurkan melalui posyandu karena dianggap paling dekat dengan masyarakat dan lebih mengetahui kondisi para balita. "Di posyandu, petugas bisa langsung membagikan makanan tambahan untuk para balita," kata Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora.
(fit)
Link: http://news.okezone.com/index.php/ReadStory/2009/01/11/1/181490/korban-tewas-gizi-buruk-di-ntt-sembilan-orang