JAKARTA, BK Puluhan gubuk liar di sekitar TPU Menteng Pulo Unit Buddha, RW 09 dan 013 Kelurahan Mentengatas, Setiabudi, Jakarta Selatan dikeluhkan warga sekitar. Ironisnya, gubuk liar yang dihuni sekitar 300 jiwa telah mendapat persetujuan dari pengurus RT/RW setempat. Mereka umumnya pendatang ilegal yang memanfaatkan lahan itu membuka warung makan hingga penampungan barang bekas.
Hj Sainah (45), warga RT 07/013 Mentengatas mengaku resah dengan keberadaan para pendatang tersebut karena membuat lingkungan rumahnya menjadi kumuh dan rawan. "Setahun terakhir makin ramai, orang datang dari mana-mana. Kami khawatir, apalagi banyak pemuda yang nongkrong sambil pesta minuman keras," ujarnya, Rabu (15/7).
Narsih, pemilik warung di lokasi pemakaman itu mengaku membangun warung karena strategis. "Untuk membangun warung ini saya telah mendapatkan izin dari pengurus RT/RW. Sudah setahun saya dagang dan tinggal di sini. Saya tinggal di Bekasi, tapi buka usaha dan tidur di sini. Pulang seminggu sekali saja," katanya.
Narsih membuka warung makan dari pagi hingga pukul 20.00. Menurut dia, usahanya tidak mengganggu peziarah karena sudah lama makam tersebut tidak didatangi ahli waris lagi. Lurah Mentengatas Mohammad Zen mengaku, para pemilik gubuk liar adalah para pendatang yang tak memiliki KTP DKI. "Mereka tinggal di situ tanpa izin dan kami sudah laporkan kepada Walikota untuk dikordinasikan dengan Sudin Pemakaman, supaya dilakukan pembongkaran. Kalau tidak dibongkar, selain bikin kumuh daerah kami menjadi semakin rawan kriminalitas," jelasnya O brn |