-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

28 July 2009

Penantian Panjang "Rasa" Indonesia di Tapal Batas

http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/28/03182029/penantian.panjang.rasa.indonesia.di.tapal.batas


Penantian Panjang "Rasa" Indonesia di Tapal Batas

Selasa, 28 Juli 2009 | 03:18 WIB

Kami bangga akhirnya bisa menikmati siaran radio dari negeri sendiri. Kami lebih senang lagi jika bisa menangkap siaran TV Indonesia, tanpa harus memakai antena parabola."

Mata Rusli (26), pemuda Dusun Sontas, Desa Entikong, tampak berbinar saat mengucapkan kalimat itu pekan lalu. Saat itu Radio Republik Indonesia (RRI) pertama kali mengudara dari dan di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, yang berbatasan langsung dengan wilayah Serawak, Malaysia.

Hampir 64 tahun Indonesia merdeka, baru kali ini warga perbatasan Entikong menikmati siaran radio dari negara sendiri. Peresmian studio RRI di Entikong itu menjadi tonggak sejarah baru dalam penerimaan informasi di perbatasan. Studio ini tidak hanya me-relay siaran dari RRI pusat di Jakarta atau RRI di Pontianak, tetapi juga bisa memproduksi siaran sendiri dan bisa di-relay ke jaringan RRI di seluruh Indonesia.

"Sebelumnya, kami hanya bisa mendengarkan siaran Serawak FM dan Radio Televisi Malaysia. Kami hafal betul acaranya, apalagi ada beberapa acaranya pakai bahasa sehari-hari dayak bidayuh," kata Rusli yang juga dari suku dayak bidayuh.

Puluhan tahun warga perbatasan "terjajah" siaran radio negara tetangga. Mereka tak punya pilihan informasi radio dari negara sendiri karena jangkauan siaran radio-radio di dalam negeri tak menjangkau perbatasan. Hasilnya, warga perbatasan lebih akrab dengan berita kemajuan pembangunan, produk, dan nama tokoh negeri jiran.

"Siaran radio dan TV dari Malaysia yang diterima warga di perbatasan hanya yang baik-baik yang terjadi di Malaysia. Hal itu sering menimbulkan kecemburuan warga di perbatasan karena fasilitas dan infrastruktur yang ada di kita jauh dari yang ada di Malaysia," kata Markus Sofyan, Kepala Desa Entikong.

Kondisi "terjajah" dalam informasi radio selama terjadi di hampir sepanjang wilayah perbatasan Kalbar.. Ketika dalam perjalanan pulang dari perbatasan Kalbar-Serawak di Aruk, Kabupaten Sambas, audio dalam mobil yang saya tumpangi bersama Humas Pemerintah Provinsi Kalbar hanya bisa menangkap siaran radio Malaysia. Bahkan, salah satu siaran radio Hot FM dari Malaysia masih bisa diterima ketika kami berada di Singkawang, sekitar 100 kilometer dari Aruk. Jarak jangkauan siar itu jauh lebih luas daripada kemampuan pancar studio RRI di Entikong yang hanya sekitar 40 kilometer.

Langkah RRI di Entikong bisa dikatakan langkah awal "memerdekakan" warga perbatasan dari sisi informasi.

Rusli berharap, langkah sama perlu diikuti stasiun televisi di Indonesia sehingga warga perbatasan lebih mudah mendapatkan siaran dari negeri sendiri. Saat ini siaran dari Indonesia hanya ditangkap menggunakan antena parabola. (why)