PEDAGANG Pasar Ampiun, Jakarta Pusat menolak tempat penampungan sementara (TPS) yang dibangun Manager Area 3 PD Pasar Djaya. Alasannya, tak sesuai dengan kesepakatan.
Wakil Ketua Persatuan Pedagang Pasar Kota Cikini Ampiun (P3KCA) Sopelson mengatakan, pada dasarnya pedagang setuju jika pasar itu dibangun menjadi tempat perbelanjaan mewah berlantai delapan. Namun TPS tidak sesuai dengan keinginan pedagang.
"Saat kesepakatan yang ditandatangai Manager Area Drs E Ramli pada 5 Mei 2006 lalu, pedagang akan ditampung di Stasiun Cikini. Nyatanya janji itu diingkari. Sebab pada Mei 2008 lalu TPS malah dibangun di sisi dan belakang Pasar Ampiun. Mengingat tak sesuai janji semula, pedagang menolak," katanya.
Selain itu, lokasi penampungan di sisi pasar yang akan dibangun dikhawatirkan mengancam keselamatan pedagang. Apalagi lokasinya bersinggungan langsung dengan jalan warga, tidak ada drainase, dan sebagainya.
Alasan lain, tambah Sopelson, sebanyak 136 kios di TPS tak sesuai jumlah pedagang yang mencapai 305 orang. "Dengan minimnya kios itu, pengelola mulai melakukan berbagai trik. Pengelola minta pedagang meregistrasi diri. Jika tidak, bakal dianggap tidak berminat. Posisinya bisa diisi pedagang lain. Beruntung, pedagang kompak dan tak ada satupun yang meregistrasi," katanya.
Agar nasibnya tak seperti pedagang pasar lainnya, kata Sopelson, pedagang mengundang LBH Jakarta untuk membantu kesulitan mereka. Pihak LBH pun sudah melayangkan surat kepada Gubernur DKI Jakarta. "Tapi sampai saat ini, belum di balas," ungkapnya.
Sementara Acung, pedagang yang menempati kios sejak 1962 atau saat pasar itu dibangun mengatakan, pada dasarnya pedagang senang tempat usahanya dibangun. "Kita tak resah jika tempat usaha kita dibangun, yang kita tolak TPS dibangun bukan di lokasi yang disepakati," katanya.
Acung juga mengaku senang tempat usahanya disulap menjadi tempat perbelanjaan mewah. Dia sudah lama berharap seperti itu. "Bahkan kalau perlu semua pedagang memiliki alat gesek seperti ATM agar bisa melakukan transaksi besar-besaran. Maklum semua pelanggan adalah pelanggan lama," katanya.
Lena, pedagang lain mengaku telah berusaha di pasar itu sejak 1967. Ia mengatakan, seharusnya pemerintah bangga masih ada pasar tradisional yang mampu bertahan menghadapi gempuran mal dan pasar modern. O amh |