-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

02 October 2009

Ketahanan Pangan Dianggarkan Rp 3 Miliar

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/15/1540553/Ketahanan.Pangan.Dianggarkan.Rp.3.Miliar..

Ketahanan Pangan Dianggarkan Rp 3 Miliar
Pemprov Jabar Dorong Desa Mandiri Pangan

Senin, 15 Juni 2009 | 15:40 WIB

BANDUNG, KOMPAS - Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat mengalokasikan anggaran Rp 3 miliar untuk menjaga ketersediaan pangan bagi penduduk yang tinggal di daerah rawan pangan. Namun, Pemprov baru akan menggunakan anggaran itu dalam kondisi darurat, seperti kekeringan.

"Pemerintah pusat menyediakan jatah cadangan pangan (beras) untuk setiap kabupaten/kota sebanyak 100 ton per tahun dan untuk provinsi 200 ton per tahun. Jatah itu yang kemudian dijadikan alokasi Rp 3 miliar untuk ketahanan pangan wilayah Jabar," ujar Kepala Badan Ketahanan Pangan Jabar Lucky Rulyawan Djunaedi, Sabtu (13/6) di Bandung.

Lucky menjelaskan, untuk mengantisipasi kelangkaan pangan, dilakukan pendekatan cadangan pangan daerah dalam bentuk lumbung pangan pedesaan. Selain itu, untuk memperkuat ketahanan cadangan beras, Perum Bulog Divre Jabar juga telah menyediakan 500 ton setara beras bagi daerah-daerah rawan bencana pangan.

Menurut Lucky, anggaran itu baru akan digunakan saat cadangan pangan di kabupaten/kota menipis. Karena itu, hingga kuartal pertama 2009, Pemprov belum menggunakan anggaran itu. Ini karena produksi pangan di Jabar masih stabil sehingga ketersediaannya masih terjaga.

Dia menambahkan, ketersediaan pangan harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk yang saat ini mencapai 1,7 persen. Perhitungan tersebut termasuk memperhitungkan volume penduduk yang pindah dari provinsi lain (migrasi). Lucky menyebutkan, pertambahan penduduk di Jabar bisa mencapai lima juta orang per tahun. "Para migran itu datang dan akhirnya menetap di wilayah Jabar," ujarnya. Desa Mandiri Pangan

Lucky mengatakan, dalam menyusun anggaran ketahanan pangan, pihaknya tetap berpegang pada prognosa konsumsi beras masyarakat, yakni 105 kg per kapita per tahun. Untuk menekan konsumsi beras yang berlebihan, pihaknya terus menyosialisasikan pola konsumsi pangan berimbang agar masyarakat tidak bergantung pada beras.

"Kebutuhan energi bisa didapat dari sumber pangan lain, seperti kentang atau jagung olahan," katanya. Karena itu, saat ini BKP semakin giat menggalakkan Desa Mandiri Pangan di berbagai kabupaten/kota. Diharapkan, desa-desa ini mampu mengoptimalkan keunggulan produk pertaniannya guna memenuhi kebutuhan pangan di daerahnya masing-masing.

Menurut Gubernur Ahmad Heryawan, peranan rumah tangga sangat penting dalam konsep Desa Mandiri Pangan. Kebutuhan pangan, seperti sayur-sayuran atau buah-buahan, sedapat mungkin dipenuhi secara mandiri. "Halaman rumah lebih baik jika diberdayakan untuk menanam bahan pangan," katanya.

Gubernur mengakui, untuk sejumlah komoditas, saat ini Jabar masih bergantung produk impor, salah satunya kedelai. Karena itu, Pemprov memprogramkan optimalisasi kedelai lokal untuk memenuhi kebutuhan industri tahu-tempe di Jabar.

Pada 2009 Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jabar menargetkan produksi kedelai lokal 100.000 ton dengan luas area 11.000 hektar. Selama ini banyak petani tidak berminat menanam kedelai lokal karena kedelai lokal selalu kalah bersaing dengan kedelai impor yang lebih murah. (GRE)