-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

28 October 2009

Sulitnya Lepas dari Belenggu Kemiskinan

http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/28/11152713/.Sulitnya.Lepas.dari.Belenggu.Kemiskinan

Masalah Sosial
Sulitnya Lepas dari Belenggu Kemiskinan

Rabu, 28 Oktober 2009 | 11:15 WIB

Atang Kusnadi (51), warga Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, hanya terdiam di pematang sawah. Sehari-hari, tak banyak yang bisa dilakukan meski ia merasa masih mampu bekerja. Namun, kesempatan mendapatkan penghasilan belum diraih.

"Kalau ada warga yang ingin sawahnya digarap, baru dapat Rp 25.000 per hari. Tapi, pekerjaan itu tidak selalu ada," katanya. Jika tersedia modal, Atang ingin membuka usaha, tetapi akses ke sumber pembiayaan tak dimilikinya.

Demikian pula syarat peminjaman dari lembaga keuangan tentunya tak bisa dipenuhi. Tingkat pendidikan yang rendah ditambah faktor usia membuat Atang tak dapat memenuhi kualifikasi tenaga kerja yang ditentukan sektor informal pada umumnya. Ia hanya seorang warga yang tak sanggup mengubah nasibnya meskipun sangat ingin keluar dari belenggu kemiskinan.

Peneliti dari Lablink Bandung, Riyan Sumindar, mengamati, sebagian besar warga miskin di Jabar belum mampu lepas dari kemiskinan. Bagi mereka, kemiskinan adalah lingkaran setan yang terus berputar.

"Bagaimana mau meningkatkan taraf hidup kalau mereka tak punya modal, tingkat pendidikan, dan kualitas sumber daya manusia yang memadai," ujar Riyan. Akibatnya, mereka tetap miskin karena tak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah itu.

Adapun pemerintah cenderung bergerak terpisah-pisah. Jangankan hubungan antara pemerintah daerah dan pusat, setiap departemen pun punya program dan dananya sendiri tanpa sinergi yang efektif. Dananya pun tidak didistribusikan secara merata.

Ia mencontohkan, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tahun 2009 di Jabar hanya menyentuh 356 desa dan 197 kota kecamatan. Padahal, di Jabar terdapat sekitar 5.200 desa. Dana PNPM Mandiri untuk Jabar tahun 2009 dari pemerintah pusat sebesar Rp 852 miliar dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat sekitar Rp 200 miliar.

Bersama-sama

Menurut Riyan, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan menginginkan agar kemiskinan diberantas bersama-sama, tetapi belum ada desain besar untuk merealisasikan rencana itu.

"Kemiskinan adalah masalah yang sangat kompleks karena berdampak terhadap bidang lain, seperti ekonomi, pendidikan, kebudayaan, dan kesehatan," ujarnya.

Ekonom Soeharsono Sagir mengatakan, salah satu upaya mengatasi kemiskinan adalah pemerintah perlu mencari solusi agar masyarakat dapat keluar dari perangkap itu, bukan dengan santunan bagi warga miskin berupa bantuan langsung tunai.

"Mereka perlu diberdayakan sebagai perajin kreatif dan produktif melalui pemberian kredit mikro seperti yang dilakukan Grameen Bank di Banglades," ujarnya.

Heryawan mengatakan, Pemprov Jabar telah menempatkan pemberantasan kemiskinan dan pengangguran sebagai perhatian utama pembangunan daerah. Namun, ia mengakui, upaya pencapaian itu tidak mudah. Karena itu, upaya penanggulangan kemiskinan menjadi prioritas utama dalam rencana kerja pemerintah 2009.

"Realisasinya berupa peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan pedesaan dengan raskin sebagai salah satu program utama," katanya. (Dwi Bayu Radius)