30 Mei 2007
Penataan PKL Sekitar Pasar Tanjung
JEMBER - Penataan pedagang kaki lima (PKL) di wilayah Jl Samanhudi - Untung Surapati dan sekitarnya boleh jadi akan menemui banyak kendala. Selain itu, belum ada kejelasan kapan penataan PKL itu benar-benar akan dilakukan. Indikasi itu terlihat dari tak segera terealisasinya penataan PKL di wilayah itu.
Seperti diketahui, konsep menjadikan jalur di sekitar Johar Plasa dan Pasar Tanjung sebagai pasar sore sudah tercetus sejak lama. Hingga kini, hanya gapura dan papan namanya saja yang sudah terpasang.
Di Jl Untung Surapati dekat Johar Plasa, gapura dan papan nama itu sejak lama terpasang. Bahkan, jauh lebih lama dibanding yang dipasang di Jl Samanhudi. Tak pelak, karena tak segera terealisasinya konsep penataan PKL, ada pihak yang menilai miring. Mereka rata-rata menganggap Pemkab kurang serius.
Penilaian itu tak hanya datang dari masyarakat umum. Tapi, juga para PKL itu sendiri. Nudi, salah satu PKL Jalan Untung Surapati, mengkritik pemkab dianggapnya hanya bisa mengobral janji melakukan penataan dan membantu PKL. Sejauh ini, realisasinya selalu meleset. "Sudah bertahun-tahun pemkab bilang mau menata PKL, tapi sampai sekarang tidak ada hasilnya," katanya. Hal itu, menurut dia, disebabkan pemerintah kurang melakukan pendekatan pada PKL.
Nuri mengatakan, dia secara pribadi sebenarnya tidak masalah PKL ditata. Namun, dalam kondisi ekonomi yang lesu ini, pemkab harus mencari solusi yang baik. "Pedagang merasakan, kalau menggunakan gerobak dorong, biaya kian mahal. Misal jika gerobak itu ditaruh di Lapangan Talangsari. Biaya dorong PP bisa Rp 20 ribu," katanya.
Lantas, kapan sebenarnya PKL di Samanhudi dan Untung Surapati ditata? Drs Soeprapto MM, kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Jember yang ketua tim penataan PKL mengaku belum bisa memastikan. Dia menegaskan, masih menunggu hasil sosialisasi di lapangan. "Yang jelas Pak Bupati sendiri sudah memerintahkan saya agar secepatnya menyelesaikan penataan PKL ini," tuturnya.
Dalam dua hari kedepan, pihaknya akan kembali menggelar pertemuan dengan PKL untuk menyerap respons PKL atas konsep yang diajukan pemkab. Kalau masih ada PKL yang tak setuju dengan konsep pemkab, pihaknya masih akan mengedepankan pendekatan persuasif.
Seperti diketahui, sejauh ini tak sedikit yang merasa keberatan dengan konsep yang ditawarkan Pemkab. Keberatan para PKL terletak pada kewajiban agar PKL menggunakan gerobak dorong dan pembatasan jam operasi mulai pukul 15.00 - 01.00.
Sahwan misalnya. Salah satu pengurus Paguyuban PKL Untung Surapati mengatakan, pihaknya sudah berbicara dengan beberapa PKL soal konsep penataan PKL di kawasan kota. Namun, mayoritas PKL masih keberatan dengan konsep yang disodorkan pemkab. "Ini hasil saya bicara dengan beberapa PKL. Kalau rapat memang belum," katanya kepada Erje kemarin.
Soal ketentuan bahwa PKL harus memakai gerobak dorong, menurut dia, para PKL menyatakan keberatan. Pasalnya, dengan memakai gerobak dorong, PKL harus mengeluarkan biaya tambahan. Yakni, mengubah bedhak-nya menjadi gerobak dorong. "Padahal, pengahasilan kami sekarang ini menurun tajam. Dagangan sepi," katanya.
Konsekuensinya tak hanya mengubah bedhak menjadi gerobak dorong. Jika sudah memakai gerobak dorong, PKL harus memindahkan gerobaknya ke tempat yang ditentukan pemkab setelah berjualan. Untuk mendorong gerobak itu, PKL harus mengeluarkan biaya tambahan untuk pekerja.
Begitu pula soal pembatasan jam operasi. Sahwan menyatakan, penghasilan PKL bakal kian menurun. Dengan berjualan dari pagi hingga malam saja, pengasilan yang diperolehnya pas-pasan, bahkan minus. "Belum lagi kalau musim hujan. Belum ada pelaris (pembeli, Red), sudah tidak ada orang," papar PKL konveksi ini.
Meski duduk sebagai pengurus paguyuban, dia mengaku tidak bisa berpendapat sendiri. Sebab, dia akan melihat pendapat umum para PKL terhadap rencana pemkab untuk melakukan penataan. "Kami sendiri belum menggelar rapat membicarakan hal ini. Sebab, mencari kesepakatan banyak orang susah," cetusnya.
Hal senada juga disampaikan Sukran, PKL Jalan Samanhudi. Dia mengaku sudah mendengar rencana pemkab untuk menata PKL di sekitar Pasar Tanjung. Tapi, dia pribadi tidak setuju dengan konsep pemkab. "Buka sejak pagi saja sulit dapat pembeli, apalagi buka sore," katanya.
Menurut dia, pembeli banyak datang ke pasar pada pagi hingga siang hari. Pada malam hari justru jarang pembeli yang ke pasar. Jika rencana itu tetap diteruskan, kondisi para PKL bakal kian sulit.
Meski demikian, Soeprapto, ketua Tim Penataan PKL mengklaim jika khusus untuk Samanhudi, relatif beres alias tak ada masalah. "Kalau PKL Samanhudi dan lainnya relatif tidak ada masalah," klaimnya. Di luar PKL Untung Surapati dan Samanhudi, pihaknya sudah memerintahkan stafnya untuk menggelar rapat dengan perwakilan PKL yang lain.
Ditanya soal janji pemkab yang selalu meleset untuk menata PKL, Suprapto menegaskan, timnya kali ini akan serius. Dalam susunan tim yang baru, sebagai wakil ketua I tim adalah wakapolres. "Lihat saja nanti. Kalau tahun lalu polisi belum dilibatkan. Sekarang ini Pak Wakapolres menjadi wakil ketua tim I," tegasnya. (har)