29 Mei 2007
Ditolak Para Ibu Rumah Tangga di Malaysia
Kuala Lumpur – Rencana pemerintah Malaysia untuk mencari tenaga pembantu rumah tangga dari China rupanya meresahkan para istri maupun ibu rumah tangga di negeri jiran tersebut. Mereka enggan menerima pembantu asal China karena khawatir suaminya bakal “kecantol” rayuan bedinde berkulit putih itu.
Kekhawatiran ini kemudian disampaikan kaum wanita dari Asosiasi China-Malaysia (MCA) kepada Kementerian Dalam Negeri. Ketua Wanita MCA yang juga wakil Menteri Keuangan Malaysia, Ng Yen Yen meminta pemerintah menunda rencananya untuk merekrut perempuan asal China sebagai pembantu rumah tangga.
Ng mengatakan partai politiknya menerima sejumlah keluhan para istri yang suaminya jatuh ke pelukan wanita-wanita yang dijulukinya little dragon ladies itu.
“Setelah diskusi yang intensif, kami meminta Kementerian Dalam Negeri menghentikan rencana itu pada saat ini. Kami tidak menginginkan masalah little dragon ladies ini meningkat,” kata Ng seperti dikutip surat kabar The Star, Senin (28/5). “Wanita-wanita ini merayu suami-suami agar berselingkuh dengan mereka dan menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangga,” tambahnya.
Menteri Dalam Negeri Malaysia Radzi Sheikh Ahmad, Jumat, mengatakan pemerintah tengah mempertimbangkan merekrut pembantu rumah tangga dari China dan India untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja dari Indonesia dan Filipina.
Meski demikian, Ng menyatakan tidak bermaksud menghina wanita-wanita di China, namun hanya bersikap realistik guna menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.
Beberapa kelompok aktivis wanita menyatakan merekrut pembantu rumah tangga dari China dan India tidak akan mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja. “Pertama-tama kita harus menyelesaikan masalah mengapa pembantu rumah tangga asing tidak ingin bekerja di Malaysia. Kita memiliki standar tenaga kerja yang rendah, tidak ada hari libur, upah rendah dan pembantu rumah tangga tidak dilindungi secara layak,” kata Ivy Josiah, direktur eksekutif Women’s Aid Organisation.
Upah Rendah
Awal pekan lalu, Mendagri Malaysia Radzi Sheikh Ahmad mengatakan pembantu rumah tangga asal Indonesia menghindari negara itu karena upah yang diterima lebih rendah ketimbang bekerja di negara lain sementara agen penyalur tenaga kerja Indonesia mengeluhkan komisi yang mereka terima lebih kecil dibandingkan rekannya dari Malaysia. Jumlah pembantu rumah tangga asal Indonesia yang masuk ke Malaysia tiap bulan menurun tajam.
Radzi mengatakan pembantu rumah tangga asal Indonesia dibayar rata-rata 400 ringgit (sekitar Rp 900.000) per bulan di Malaysia, sementara di Singapura bayarannya mencapai dua kali lipat. Agen-agen penyalur tenaga kerja Indonesia juga mengeluhkan rendahnya keuntungan. Mereka hanya memperoleh 460 ringgit, dari setiap tenaga yang disalurkan, sementara agen asal Malaysia memperoleh 630 ringgit.
Dia mengatakan Malaysia kini mulai beralih mencari tenaga pembantu rumah tangga dari negara lain seperti India, Laos, Myanmar, Kamboja, Vietnam, Turkmenistan dan Kazakhstan. (nat)