-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

06 May 2007

Testimoni TKW yang Nulis Buku "Anda Luar Biasa!!!"

Radar Jember
06 Mei 2007

Nulis Sehabis Ngepel, Sebulan Laku 3 Ribu Eksemplar
Semua orang tampaknya perlu belajar dari dua orang Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Hongkong ini. Betapa tidak, di tengah desakan tugas domestik, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci baju, sampai merawat anak, kedua TKI ini masih bisa menuangkan gagasan lewat tulisan. Padahal, banyak dari kita yang punya segudang fasilitas dan waktu, tapi tak pernah bisa menulis.

"SAYA bekerja seharian. Mulai dari ngepel, nyapu, nyuci, sampai ngrawat anak majikan. Tapi, saya punya keyakinan dan tekad yang kuat, bahwa boleh saja saya jadi babu (pembantu), tapi pikiran saya harus tetap merdeka," aku Eni Kusuma di hadapan sekitar 75 peserta dalam acara Testimoni TKI dan Bedah Buku Anda Luar Biasa!!! yang digelar Lembaga Pers Mahasiswa Ekonomi (LPME) Ecpose FE Unej, Jumat sore.

Eni Kusuma adalah TKI yang bekerja di Hongkong selama enam tahun dan baru saja meluncurkan buku motivasi terbaru, Anda Luar Biasa!!!. Selain itu, Eni juga dikenal sebagai penulis cerpen dan puisi yang produktif. Selain Eni, hadir sebagai pembicara adalah Ida Permatasari, perintis Forum Lingkar Pena (FLP), sebuah organisasi kepenulisan populer.

Testimoni Eni membuat banyak peserta terhenyak. Banyak sisi-sisi positif dari dunia ketenagakerjaan di luar negeri yang selama ini belum banyak terekspos di media massa. "Sebenarnya, meski kita (TKW, Red) adalah babu, jangan pernah menyerah sama keadaan," ujar Eni.

Eni mengakui jika sering sekali mendapat omelan dari majikannya. "Nyapu kurang bersih sedikit saja, kita langsung diomelin. Begini kurang sempurna, langsung dimarah-marahi. Pokoknya, harus benar-benar kuat hidup sebagai TKI yang jadi PRT," tuturnya. Bahkan, sambung Eni, dirinya pernah diusir dari rumah oleh majikannya gara-gara miskomunikasi dengan majikannya saat akan menjemput putra majikan dari sekolah.

Lantas, bagaimana cara Eni menyempatkan waktu untuk menulis? Di hadapan para mahasiswa yang notabene lebih berpendidikan dari dirinya, Eni membeberkan kisah-kisahnya. Dia tak minder sedikit pun. Dengan percaya diri, ia bercerita tentang proses kreatifnya.

Eni bercerita, di sela-sela pekerjaannya sebagai babu, ia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Biasanya, gagasan-gagasannya dituangkan di buku harian menjelang ia berangkat mengarungi mimpi di malam hari. "Sehabis seharian bekerja, saya menulis pengalaman dan pikiran-pikiran saya. Jadi, meskipun seharian capek ngepel seluruh rumah majikan, saya tetap menulis," ujarnya.

Di akhir pekan, sambungnya, begitu terkumpul tulisannya di buku harian, ia selalu meluncur ke perpustakaan kota di Hongkong untuk bergumul dengan buku dan internet. Tak lupa, ia memindahkan buku hariannya ke komputer yang disediakan perpustakaan, kemudian mengirimkannya ke milis penulisan untuk dimintakan komentar kawan-kawannya. Begitu terus: ajeg dan nyaris tanpa alpa.

Usaha Eni, PRT tangguh itu, ternyata tak sia-sia. Dia pun bisa menelurkan buku motivasi yang tak sembarang orang bisa menuliskannya. Yang lebih hebat lagi, buku Anda Luar Biasa!!! yang baru dirilis bulan lalu itu, langsung terjual 3 ribu eksemplar dalam sebulan. Dan kini, buku itu dicetak ulang sebanyak 5 ribu eksemplar. "Mudah-mudahan bisa menjadi best seller dalam waktu sebelum enam bulan," harapnya.

Yang mengharukan, royalti bukunya tersebut, 100 persen didedikasikan Eni untuk yayasan pendidikan yang akan dirintisnya. "Saya bermimpi bisa merintis yayasan yang membantu proses pendidikan anak-anak miskin. Saya tidak ingin anak-anak miskin nantinya menjadi PRT seperti saya. Mereka harus berkembang, harus bisa kuliah. Jangan seperti saya," ujarnya.

Eni sebenarnya tidak sendirian. Sudah banyak penulis berlatar belakang TKI yang sukses menelurkan buku. Ada Catatan Harian Seorang Pramuwisma (Rini Widyawati), Hong Kong Namaku Peri Cinta (Wina Karnie, dkk), Penari Naga Kecil (Tarini Sorrita), Majikanku Empu Sendok (Denok K Rokhmatika), Perempuan Negeri Beton (Wina Karnie), dan Nyanyian Imigran (Lik Kismawati, dkk). "Total, sudah ada sekitar 150 TKI yang kini jadi penulis," ujar Ida.

Dari sosok seperti Eni, Ida, dan para TKI semacam inilah mestinya bisa bercermin. Mereka mengajarkan bahwa proses menulis dan menjalani kehidupan itu tidak bisa instan. Mereka juga mengajarkan bahwa untuk bisa menulis, tak perlu bergelar sarjana-doktor-profesor. Kacamata seorang pembantu ternyata melebihi kacamata profesor-doktor yang sibuk bergelut dengan limpahan buku dan fasilitas, tapi karyanya tak pernah bisa membumi.

Mbak Eni, PRT lulusan SMA di Banyuwangi, dan banyak TKI yang lainnya benar-benar hebat. Bagi orang kebanyakan yang selalu jumawa mengaku sebagai kaum berpendidikan, ternyata tak ada apa-apanya dibanding mereka yang dianggap sebagai babu. (hari setiawan)