Selasa, 26 Juni 2007
SURABAYA - Penertiban PKL (pedagang kaki lima) di wilayah Tegalsari kemarin diwarnai aksi protes dan perlawanan para pedagang yang tergusur. Mereka tidak terima barang dagangannya diangkut aparat Satpol PP.
Ketegangan itu tersulut ketika Imam, pedagang di Jalan Pasar Kembang nekad menghadapi petugas Satpol PP. Dia tidak terima barang dagangannya diangkut paksa polisi pamong praja itu. Pria asal Madura tersebut bersikukuh mempertahankan almari yang dipakainya untuk menempatkan barang dagangannya.
"Saya ini bukan PKL. Lha wong saya berdagang di depan rumah sendiri kok dibilang PKL. Jangan sembarangan ambil barang orang, Pak," katanya sengit.
Aksi saling dorong pun terjadi. Namun, Imam yang maju sendirian tak kuasa menghadapi petugas Satpol PP yang berjumlah lebih dari 20 orang itu. Akhirnya dia pun melepaskan almarinya diangkut ke truk bak terbuka yang disiapkan petugas. Imam hanya bisa memandang rombongan kendaraan petugas meninggalkan lokasi dengan mata merah dan sumpah serapah.
Dari Jalan Pasar Kembang, petugas gabungan Satpol PP Kecamatan Tegalsari dan pemkot menyisiri Jalan Diponegoro dan Raya Darmo. Mereka menciduk sepuluh PKL yang mangkal di dua jalan arteri itu. "Mereka memang tidak pernah jera. Setiap kali ditertibkan selalu kembali lagi," kata Kasi Trantib Kecamatan Tegalsari Tjatur Sudarmono.
Pernyataan Tjatjur memang beralasan. Mukayah, salah seorang penjual baju bekas di Jalan Diponegoro mengaku harus kucing-kucingan dengan petugas penertiban. Bila ada operasi, Mukayah lari atau tak berjualan. Tapi, begitu aman dia berjualan lagi di jalan itu.
"Saya tidak memiliki tempat lain. Di sini saya sudah banyak pelanggan. Makanya saya memilih tetap berjualan di sini," kata wanita berusia 70 tahun itu.
Sumini, pedagang makanan dan minuman di Jalan Diponegoro juga melakukan hal serupa. Wanita asli Kediri itu bolak-balik membongkar ulang warungnya setiap kali Satpol PP mengadakan penertiban. "Rumah saya dekat sini. Kalau berjualan di tempat lain kan jauh," katanya beralasan.
Tapi, kemarin apes bagi Sumini. Dia tidak menyangka ada operasi penertiban PKL. Karena itu, dia tidak sempat membongkar sendiri warungnya saat petugas tiba di lokasi penertiban. Sumini pun hanya bisa pasrah ketika warungnya dibongkar. Namun, dia berharap agar perabot warungnya dapat diambil kembali.
Beberapa pedagang masih bisa menyelamatkan barang dagangannya setelah mengetahui rombongan petugas Satpol PP datang. Para pedagang, terutama pedagang helm, buru-buru mengamankan dagangannya di gang-gang sekitar Jl Diponegoro, sebelum disita petugas. Begitu petugas meninggalkan lokasi, mereka kembali menata dagangannya seperti sedia kala.
Tjatur berjanji akan melakukan operasi secara rutin di wilayahnya. Dengan begitu tidak akan ada lagi pedagang liar di wilayah Tegalsari, terutama di jalur-jalur protokol. "Jalur ini harus steril dari PKL. Kami akan menggalakkan operasi penertiban agar mereka jera," tegasnya. (cie)