24 Juni 2007
JAKARTA (Pos Kota) – Pedagang makanan, rokok dan gorengan malam hari di Cilandak dan Kebayoran Baru , menggunakan gerobak maupun tenda darurat protes penertiab dilakukan petugas Tramtib Jaksel. “Kami sama sekali tidak mengganggu kelancaran arus lalulintas dan pejalan kaki. tapi kenapa tetap harus ditertibkan,” keluh Yadi, pedagang nasi goreng, di Kebayoran Baru, Minggu (24/6).
Mereka mengaku membuka usaha di kawasan tersebut mulai Pk. 16:30 hingga Pk. 23:00. Pada jam tersebut, ktanya, keberadaannya tidak mengganggu kenyamanan pejalan kaki serta lalulintas. Apalagi tenda dan gerobak nasi goreng dibuka di lahan kosong atau depan pelataran parkir pertokoan yang telah tutup.
Hal serupa dikeluhkan Ny. Ipah, pedagang rokok. Ia mengaku gerobak rokok yang dipakai berjualan sudah lama berdiri di situ. Selama ini tak ada masalah. “Kenapa sekarang diobrak-abrik petugas Tramtib Jaksel?”.
Padahal setiap malam, lanjut dia, ada saja oknum yang mengatas namakan petugas minta uang kebersihan, ketertiban dan keamanan.” Besarnya memang tak seberapa hanya Rp 1.500/pedagang”.
SELALU DIAWASI
Dudi, pedagang gorengan, di kawasan belakang kantor Departemen PU, Jl. Raden Patah, juga mengaku setiap hari ada uang jago. Besarnyar Rp 2500/pedagang. “Uang itu belum termasuk sewa lokasi atau lainnya yang diminta oknum dari kecamatan setempat,” ujarnya kesal.
PLH Kasudin Tramtib Jaksel Jurnalis didampingi Kasie Operasional Tramtib setempat Nanto, mengatakan pihaknya tak memberikan kesempatan untuk pedagang seenaknya membuka usaha di pinggir jalan, trotoar dan jalur hijau.
“Setiap hari sejumlah kawasan yang rawan kehadiran pedagang selalu diawasi, “ujarnya. Yang bandel melanggar langsung ditertibkan dan diangkut gerobaknya. Dalam kegiatan dua hari ini ada sekitar 13 gerobak dan lapak pedagang malam yang berhasil digaruk anggotanya dan langsung dibawa ke Gudang Tramtib di Kebayoran Lama dan Cakung.
(anton)