Selasa, 03 Juli 2007
Jakarta, - Badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pengembangan industri atau UNIDO memprioritaskan pengembangan agroindustri di kawasan timur Indonesia untuk tahun 2008-2010. Pembangunan agroindustri sektor perkebunan dan perikanan diyakini efektif untuk menciptakan lapangan kerja baru.
"Salah satu cara menciptakan nilai tambah dari produk yang dihasilkan suatu daerah adalah dengan manufaktur. Saat ini kami sedang membahas pengembangan agroindustri di kawasan timur Indonesia dengan fokus utamanya sektor perikanan," kata Direktur Jenderal UNIDO Kandeh K Yumkella seusai bertemu menteri Perindustrian Fahmi Idris di Jakarta, Senin (2/7).
UNIDO beranggotakan 172 negara dan berdiri sejak tahun 1966. Indonesia bergabung sejak tahun 1967, dan telah menerima dua proyek pengembangan industri dari UNIDO sejak tahun 2003.
Proyek pertama tahun 2003-2004 bernilai sekitar 9 juta dollar AS untuk pengembangan agroindustri dan perikanan. Proyek kedua sejak tahun 2005-2007 membangun pusat pelatihan keterampilan di Aceh, pembangkit listrik mini di Nias, dan pusat teknologi di Maluku.
Proyek ketiga yang dijadwalkan tahun 2008-2010 diprioritaskan pada agroindustri dengan pengembangan industri kecil menengah. Misalnya, pengembangan industri pengolahan jarak pagar menjadi bioenergi skala kecil oleh masyarakat.
Menurut Fahmi, Indonesia mengusullkan program tersebut berdasarkan potensi perikanan dan perkebunan di kawasan timur. Pertumbuhan industri di kawasan tersebut diharapkan dapat mengakselerasi perekonomian masyarakat setempat.
"Kami juga meminta agar tenaga-tenaga ahli Indonesia terlibat dalam proyek UNIDO. Tim pemerintah dan UNIDO sedang membahasnya, termasuk pendanaan proyek," kata Fahmi. (ham)