17 Juli 2007
TEMPO Interaktif, Jakarta:Pekerja PT Naga Sakti Paramashoes (NASA) dan PT Hardaya Aneka Shoes Indonesia (HASI) menuntut PT Nike Indonesia untuk membayar pesangon atas dihentikannya kontrak pemesanan sepatu yang berakhir Maret 2008.
Tuntutan ini disampaikan ribuan karyawan NASA dan HASI melalui unjuk rasa yang digelar kemarin di depan gedung Bursa Efek Jakarta. Di lantai 24 gedung ini, berkantor PT Nike Indonesia yang dipimpin John Richard.
"Kontrak dilanjutkan atau Nike membayar pesangon kepada pekerja yang telah membesarkan Nike di Indonesia selama 18 tahun," ujar Wakil Ketua Serikat Pekerja PT NASA, Elizabeth Suparti.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Erman Suparno mengatakan, PT Nike Indonesia harus ikut bertanggung jawab menyelamatkan 14 ribu tenaga kerja PT NASA dan PT HASI yang terancam pemutusan hubungan kerja(PHK).
"Saya belum mempersoalkan pesangon, tapi bagaimana solusinya supaya terjadi job security. Artinya, Nike juga harus bertanggung jawab karena kerja samanya dengan Nike," kata Erman yang ditemui di Karawang.
Erman mengaku telah bertemu dengan serikat pekerja dan pemilik dua pabrik tersebut, Hartati Murdaya, kemarin. Masalah ini, kata dia, akan dibahas bersama Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Kepada Tempo, Direktur Nike Indonesia, Erin Dobson menuturkan, pemutusan kontrak itu lantaran dua pabrikan itu gagal menjaga standar minimun kualitas produk dan memenuhi tenggat waktu pengiriman. Persoalan ini pun, kata dia, sudah dibicarakan dengan kedua pabrikan.
"Sudah dua tahun terakhir ini, pengiriman barang jarang tepat jadwal," ujar dia, Minggu lalu.
Namun, Erin memastikan, meski stop kontrak dengan dua pabrik milik Grup Central Cipta Murdaya, Nike masih akan menjalin bisnis dengan sejumlah pabrikan lain di Indonesia. "Kami masih ingin berproduksi di sini," tutur dia.
Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengaku sudah bertemu dengan Presdir Nike Indonesia John Richard. "Dia menjamin, Nike tetap berada di Indonesia," katanya.
Fahmi membenarkan ada masalah antara Nike Indonesia dengan pabrikan milik Hartati Mudaya ini, menyangkut harga, sistem prosedur, kualitas dan ketepatan waktu produksi.
Namun, menurut Fahmi, nasib pekerja NASA dan HASI--yang terancam pemutusan hubungan kerja--sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan. "Selama ini, Nike tidak berhubungan dengan karyawan, tapi kontrak dengan perusahaan pensuplai (NASA dan HASI)," tutur dia.
Hartati dalam jumpa pers kemarin sore membantah dirinya yang mendorong pekerja untuk mendemo Nike Indonesia. "Mana bisa saya menggerakan karyawan sebanyak itu," ujarnya, berang.
Menurut dia, pekerja di pabriknya memang dilibatkan dalam manajemen sehingga mengetahui persis kondisi perusahaan. "Mereka tahu kalau perusahaanya teraniaya," tuturnya, berapi-api.
Dia menilai, keputusan Nike semena-mena. Menurut dia, jika Nike hendak memutuskan pemesanan seharusnya jauh-jauh hari, 18 bulan untuk HASI dan 30 bulan untuk NASA. "Tapi, Nike sudah arogan," kata Hartati yang selama jumpa pers didampingi putranya, Prisna Murdaya.
GUNANTO ES | SUTARTO | RIKY FERDIANTO | AGOENG WIJAYA