Rabu, 18 Juli 2007
Jakarta, kompas - Permukiman tidak layak huni di Jakarta Utara terus tumbuh dan bahkan semakin padat. Selain sulit ditata, kehidupan warganya menyatu dengan kekumuhan, kemiskinan, dan sebagian terjebak dalam tindak kriminal. Mereka terdiri atas keluarga buruh serabutan dan penganggur.
Menurut pemantauan Kompas hingga Selasa (17/7), permukiman seperti itu tersebar di sejumlah kelurahan di seluruh enam kecamatan di Jakarta Utara. Permukiman padat, kumuh, dan miskin itu pada umumnya rawan tindak kriminal, ditandai dengan seringnya menjadi sasaran operasi penangkapan pelaku oleh polisi.
Kelurahan Kalibaru, Kecamatan Cilincing, termasuk salah satu kelurahan terpadat, kumuh, dan miskin di Jakarta Utara. Menurut Lurah Kalibaru Tambah Suhadi, tingkat kepadatan penduduk sekitar 23.150 jiwa per kilometer persegi. Dari luas wilayah 247 hektar, 90 hektar di antaranya untuk industri dan sisanya untuk permukiman bagi 46.328 jiwa.
Rumah penduduk di Kalibaru kecil, sederhana, padat, dan sempit. Jalan-jalan rusak dan berlubang. Pada musim kemarau jalan- jalan berdebu, sedangkan musim hujan jalan-jalan itu segera berubah menjadi kubangan, penuh lumpur, jorok dan kotor, serta menebarkan aroma tidak sedap.
"Memang sulit ditata. Kalibaru termasuk salah satu kelurahan terpadat, dan kumuh, serta miskin. Warga saya sebagian besar miskin, tidak mempunyai mata pencarian yang tetap karena umumnya buruh nelayan serta penganggur. Sedikit sekali pegawai, baik itu PNS, swasta, Polri, maupun TNI," kata Tambah.
Buruh nelayan di kelurahan itu tercatat 17.636 jiwa. "Buruh, termasuk serabutan lainnya, ada 4.623 jiwa. Sementara pengangguran ada 6.122 jiwa dan fakir miskin lebih kurang 5.000 jiwa. Sisanya pedagang, tukang, dan pegawai. Namun, jumlah pegawai sangat kecil," ucap Tambah.
Semper Barat
Kelurahan Semper Barat juga termasuk yang paling padat di Cilincing. Luas wilayahnya lebih kecil daripada Kalibaru, yakni 159,1 hektar, tetapi dihuni sekitar 62.000 jiwa sehingga tingkat kepadatannya mencapai 38.800 jiwa per kilometer persegi.
Kelurahan Warakas di Kecamatan Tanjung Priok dan Kelurahan Penjaringan dan Kamal Muara di Kecamatan Penjaringan juga termasuk yang paling padat. Karakter permukimannya sama dengan Kalibaru dan Semper Barat.
Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas mengakui masih terdapat sejumlah permukiman padat, kumuh, miskin, dan rawan tindak kriminal di wilayahnya. Banyak pula permukiman kumuh yang liar bertumbuh di utara.
Dia menyebutkan, jumlah penduduk miskin di Jakarta Utara sekitar 27 persen dari total penduduk Jakarta Utara. Persoalannya menjadi semakin buruk karena puluhan ribu pekerja atau buruh terkena pemutusan hubungan kerja setelah lebih dari 80 perusahaan tutup dalam lima tahun terakhir. (CAL)