-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

04 August 2007

Di Taman Kawasan RW 04 Tebet Barat, Lahan 4 Ha Dikuasai Pemulung

Pos Kota
4 Agustus 2007

TEBET (Pos Kota) - Kawasan lokasi taman di RW 04 Kel. Tebet Barat kini berubah menjadi markas hunian liar oleh puluhan Kepala Keluarga (KK) pemulung. Akibatnya lahan seluas 4 hektar ini dijejali tumpukan barang-barang bekas termasuk puing-puing bangunan yang kian menumpuk. Bagi warga setempat, keberadaan pemulung yang semakin tidak terkendali ini dinilai selain membuat lingkungan jadi carut marut juga resiko keamanan lingkungan yang mulai rawan. Karenanya, mereka mendesak Pemkodya Jaksel segera turun tangan menertibkan pemulung sekaligus mengembalikan fungsi taman khususnya sebagai paru-paru kota.

Menurut sejumlah warga, sebenarnya pada akhir tahun 2005 tepatnya menjelang Idul Fitri ratusan KK yang mendiami lokasi ini sudah pernah digaruk oleh petugas tramtib gabungan yang melibatkan jajaran Muspika. Dalam penertiban besar-besaran itu, pemulung semula menolak untuk pindah dan nyaris bentrok fisik. Tapi akhirnya hengkang juga. Sejak itu, kawasan taman langsung dipagari dan malah sempat dibuatkan aspal di dalam areal taman untuk sarana olahraga bagi warga setempat. Kabarnya, bekas permukiman liar ini bakal dijadikan taman pembibitan oleh Dinas Pertamanan DKI.

MAKIN BERTAMBAH
"Kami sempat senang begitu pemulung diusir, lingkungan di sini lumayan tertiblah. Sementara kami juga bisa berolahraga atau jalan santai di dalam taman," kata Johan, warga, Sabtu (4/8).

"Kami sebetulnya sudah gerah melihat jumlah pemulung makin bertambah saja. Coba waktu masih sedikit, langsung digaruk. Kalau seterusnya dibiarkan begini tanpa ada sikap tegas, tidak mustahil seluruh areal taman ini bakal disesaki ratusan pemulung," tandas Sofyan, warga lainnya. Ia mengaku gemas karena sejak makin banyaknya pemulung, kegiatan olahraga santai bersama keluarga kini tak bisa lagi. Jangankan mau lari pagi atau sekedar menghirup udara segar di taman, lingkungan di dalam lahan negara yang berbatasan dengan Kel. Tebet Timur ini sudah berantakan dan sangat bau oleh sampah dari TPS maupun barang-barang bekas yang dikumpulkan pemulung. Belum lagi sejumlah gerobak pemulung seenaknya saja ditaruh di pinggir jalan.

Sebaliknya, pemulung mengaku bisa menghuni bersama keluarganya di lokasi itu tidak terlepas dari setoran wajib bulanan ke oknum dan kelompok preman yang menguasai lahan. "Ini Jakarta Bu, semuanya bayar! Buang hajat di WC umum aja harus bayar. Kalau kami nggak bayar, mana mungkin bisa ada di sini?" cetus seorang pemulung.
(Rachmi)