Sabtu, 15 Sept 2007
MESKI datang dari pelosok desa dan tidak lulus SD, tampaknya Elly bukanlah seorang gadis yang lugu dan penakut. Barangkali karena kenyang pengalaman menjadi TKW, Elly pun lantang menyuarakan hak-hak buruh. Dia pernah memimpin demo buruh di Hongkong ketika menjadi TKW di negara bagian Tiongkok tersebut.
"Dari kecil dia memang berani. Waktu pulang ke rumah beberapa waktu lalu, dia bercerita tentang aksi demonya memimpin TKW di Hongkong," kata Anang, sepupu Elly , kemarin.
Anang mengungkapkan, berdasar cerita Elly, demo itu dilakukan karena ada salah seorang rekannya sesama TKW yang hak-haknya tidak diberikan majikan. Elly pun menggalang solidaritas TKW dan mendemo majikan rekannya tersebut. "Kata Elly, aksinya itu sukses, dan dia pun merayakan kesuksesan menuntut hak bersama teman-temannya," papar Anang.
Selain pernah memimpin demo TKW di Hongkong, Elly juga pernah mengancam akan menggugat agency yang akan memberangkatkanya. Itu dilakukan karena janji-janji agency tersebut meleset. "Saya lupa nama agency-nya. Tapi gara-gara diancam mau digugat, hak-hak Elly pun diberikan," sambung Anang.
Ketika bekerja di Bahrain, Elly juga pernah bercerita kalau majikannya sudah menganggap dia seperti anak sendiri sehingga tidak Elly diminta tetap tinggal di keluarga majikannya tersebut. Namun, dengan alasan ingin mencari gaji besar, Elly memilih hengkang. "Namanya juga orang bekerja. Tentu ingin gaji besar," tambah Sriana, kakak Elly.
Di mata keluarganya, Elly juga dikenal poliglot atau bisa beberapa macam bahasa. Menurut Sriana, sedikitnya Elly bisa berbicara dengan lima bahasa asing. Yakni, bahasa Arab, Jepang, Hongkong, Inggris, dan bahasa Melayu. "Mungkin karena beberapa ke luar negeri, sehingga bisa beberapa bahasa asing," ujarnya. (rid)