-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

21 February 2008

OBAT MAHAL, PILIH MATI

OBAT MAHAL, PILIH MATI
 
Buat halaman ini dalam format PDF Cetak halaman ini Kirim halaman ini melalui E-mail
Thursday, 21 February 2008
Sedikitnya 500.000 orang dari sekitar 36 juta jiwa penduduk di Jatim menderita diabetes, dan sekitar 200.000 di antaranya di Surabaya. Banyak orang jadi putus asa begitu divonis diabetes. Salah satunya adalah Lie Soe Wan alias Suyoto, 57, warga Jl Kedung Tarukan Baru IA.

Surabaya – Surya
, Sebelum memutuskan bunuh diri dengan mengiris urat nadinya kemarin, Lie Soe Wan sempat menulis kata terakhir di atas kertas karton. Kalimat itu berbunyi, "Saya murni bunuh diri. Karena sudah tidak tahan lagi. Kaki saya sudah busuk sekali. Tertanda Lie Soe Wan".
Lie Soe Wan sudah 15 tahun ini menderita penyakit diabetes (kadar gula tinggi). Ternyata penyakit inilah yang menyebabkan dirinya memilih mengakhiri hidupnya dengan tragis.
 
Dua hari yang lalu, Lie Soe Wan sudah merencanakan bunuh diri. Pernyataan itu didengar istrinya, Kwe Giok Tjoe alias Ifon Kumalasari, 53. Untuk mewujudkan niat itu, Selasa (19/2), Lie Soe Wan membeli obat serangga. Tetapi, Ifon menganggap pernyataan suaminya itu hanya guyonan belaka.
 
"Saya kira itu hanya gurauan saja. Karena saya tidak yakin suami saya akan nekat melakukannya. Ternyata saya kecolongan. Dan dia memang nekat bunuh diri" ujar Ifon dengan berurai air mata ketika dimintai keterangan di Mapolsekta Gubeng, Surabaya.
 
Walaupun sudah berobat sekian kali, penyakit diabetes Lie Soe Wan tidak kunjung sembuh. Malahan sejak dua bulan terakhir, di pergelangan kaki kanan Lie Soe Wan tumbuh luka yang berlubang hingga membusuk. Luka tersebut kerap mengeluarkan darah.
 
Sebenarnya Lie Soe Wan sudah menempuh pengobatan. Setiap seminggu sekali ia berobat di salah satu dokter yang membuka praktek di kawasan Mulyosari. Sekali berobat, keluarga Lie Soe Wan harus mengeluarkan uang sebesar Rp 4,5 juta.
 
Salah satu kerabat Lie Soe Wan mengatakan, besarnya biaya pengobatan ini membuat Lie Soe Wan sering berpikir ulang saat akan berobat. Sebab ekonomi keluarganya juga bermasalah belakangan ini.
 
Yuliana, anak pertama Lie Soe Wan menuturkan, dirinya pernah bilang ke ayahnya bahwa dirinyalah yang akan menanggung semua biaya pengobatan. Rencananya, untuk menyembuhkan lukanya yang sudah dua bulan membusuk, Lie Soe Wan akan dibawa ke dokter, Rabu (20/2) kemarin.
 
Lie Soe Wan terakhir berobat seminggu lalu. Oleh dokter untuk mempercepat kesembuhan penyakitnya itu, ia diminta berobat seminggu sekali.
 
"Saya sudah bilang ke papa, kalau saya yang akan menanggung semua biaya pengobatan. Dia memang pernah berpikir kasihan kepada saya karena biaya pengobatan sangat tinggi. Tapi saya bilang sanggup membiayainya" ujar Yuliana dengan isak tangis saat ditemui Surya, Rabu (20/2).
 
Setiap kali berobat, dokter memberikan cairan insulin.
Dari pesan terakhir Lie Soe Wan itu, diduga Lie Soe Wan sudah tidak tahan lagi menderita diabetes. Lie Soe Wan akhirnya menutup hidupnya dengan menyilet pergelangan tangan kirinya. Terlihat di pergelangan tangan sobekan sepanjang 7 cm dan dalamnya sekitar 2 cm.
 
Diduga, Lie Soe Wan bunuh diri dengan cara menyobek pergelangan tanganya saat semua anggota keluarganya tidak ada di rumah. Istrinya, Ifon dan kakaknya, Linda, 55 masih di toko kue di Jl Ngagel Jaya. Anak pertamanya, Yuliana, 22 sedang bekerja di kompleks perkantoran di kawasan Kusuma Bangsa. Sedangkan, Yuwono, 15, anak kedua sedang sekolah.
 
"Tiap pagi, antara pukul 7.00 hingga jam 12.00 WIB rumah ini sepi. Yang ada hanya Lie Soe Wan seorang diri. Saya dan Ifon pulang dari toko jam 12.00 WIB," ujar Linda.
 
Ketika baru pulang ke rumah bersama Linda, Ifon melihat suaminya bersandar di meja seterika. Ifon menemukan suaminya bersimbah darah dan tertunduk. Di sebelah kiri Lie Soe Wan terdapat baskom plastik penuh dengan darah beku. Baskom tersebut digunakan wadah darah. Melihat suaminya seperti itu, Ifon dan Linda berteriak histeris.
 
Ifon sempat berpikir kalau suaminya belum tewas. Ia berencana membawa suaminya ke Unit Gawat Darurat (UGD) RSU Dr Soetomo. Namun, harapan itu kandas setelah nadi Lie Soe Wan putus dan tidak terlihat detak napas di dadanya.
 
Lie Soe Wan pun langsung dibawa ke kamar jenazah RSU Dr Soetomo untuk divisum.
 
Kapolsekta Gubeng AKP Hartoyo menuturkan kejadian itu murni bunuh diri. Keluarga korban menolak dilakukan otopsi terhadap jasad suaminya. Inginnya, jasad tersebut segera dibawa pulang. Rencananya, jenazah Lie Soe Wan akan dimakamkan di Kepanjen, Kabupaten Malang.k6


Never miss a thing. Make Yahoo your homepage.