Selasa, 15 April 2008 | 12:04 WIB
Meskipun gizi buruk pada balita bukan hal baru di Indonesia, hingga kini kasus tersebut masih dijumpai setiap tahun, termasuk di DI Yogyakarta. Gizi buruk bisa berdampak serius pada balita karena bisa berujung pada persoalan kesehatan dan perubahan status mental.
Antara 2004-2006, rata-rata terdapat 1.200 balita di DIY yang mengalami gizi buruk setiap tahun. Ada tiga jenis gizi buruk yang sering dijumpai pada balita, yakni kwashiorkor, marasmus, dan marasmic-kwashiorkor. Meskipun ada kesamaan ciri-ciri kwashiorkor dan marasmus, secara spesifik ada perbedaan di antara dua jenis gizi buruk itu (lihat Grafis). Adapun gejala gizi buruk pada jenis yang ketiga, yakni marasmic-kwashiorkor, merupakan campuran dari beberapa gejala kwashiorkor dan marasmus.
Dampak gizi buruk pada balita bukan hanya pada persoalan tubuh yang menjadi kurus. Lebih dari itu, gizi buruk dapat mengakibatkan menurunnya tingkat kecerdasan anak, rabun senja, dan penderita gizi buruk lebih rentan terhadap penyakit.
Tak bisa dimungkiri, gizi buruk hanya bisa diatasi dan dicegah dengan asupan makanan yang baik. Anak wajib mendapatkan makanan bergizi secara rutin, yakni berupa sayur, buah-buahan, makanan berkarbohidrat (nasi, kentang, jagung), makanan yang mengandung protein (telur, tempe, ikan, daging). Selain itu, anak berusia nol sampai dua tahun perlu mendapatkan asupan ASI secara rutin. (BIMA BASKARA/LITBANG KOMPAS)
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.