-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

03 May 2008

Kalsel, Gizi Buruk Capai 43

4 Balita Meninggal
Getty Images');" src="http://www.kompas.com/data/photo/2008/05/03/191005t.jpg" border="0" height="52" hspace="2" width="70">Getty Images');" src="http://www.kompas.com/data/photo/2008/05/03/191049t.jpg" border="0" height="52" hspace="2" width="70">Getty Images');" src="http://www.kompas.com/data/photo/2008/05/03/191127t.jpg" border="0" height="52" hspace="2" width="70">Getty Images');" src="http://www.kompas.com/data/photo/2008/05/03/191202t.jpg" border="0" height="52" hspace="2" width="70">
    Sabtu, 3 Mei 2008 | 16:53 WIB
    BANJARMASIN, SABTU - Korban gizi buruk di Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam empat bulan terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Informasi yang dihimpun ANTARA di Banjarmasin, Sabtu, hingga akhir April 2008 terdapat empat bayi meninggal dunia akibat infeksi yang cukup parah dan 43 anak lainnya dalam perawatan tim medis.

    Kepala Dinas Kesehatan Kalsel, Rosihan Adhani, mengungkapkan, dari 43 kasus anak penderita gizi buruk, 19 anak di antaranya menderita marasmus (kekurangan protein yang dikonsumsi dengan berat badan kurang dari 60 persen tanpa disertai bengkak pada tungkai kaki).

    Kemudian yang mengalami kwashiorkor (kurang energi yang ditandai dengan berat badan lebih dari 60 persen namun disertai bengkak pada tungkai) ada tiga anak, sedangkan yang menderita marasmus kwashiokor (kekurangan energi dan protein dengan berat badan kurang dari 60 persen diserta bengkak di tungkai kaki) lima anak dan non klinis 16 anak.

    Adapun sebarannya, paling tinggi berada di kota Banjarmasin, 12 anak, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) tujuh anak, Banjar, enam anak, Hulu Sungai Selatan (HSS), lima anak.

    Selanjutnya, Tapin, Hulu Sungai Tengah (HST) dan Kotabaru masing-masing tiga anak. Kabupaten Tabalong dan Barito Kuala (Batola) masing-masing satu anak. Sedangkan korban meninggal, tiga di kota Banjarmasin dan Hulu Sungai Utara(HSU) satu anak.

    Menurut Rosihan, kendati jumlah tersebut belum sebanyak pada 2007 lalu, namun pihaknya akan terus melakukan antisipasi, untuk menghindari jatuhnya korban kekurangan gizi buruk yang lebih banyak lagi.

    Sebelumnya, selama 2007, tambahnya, penderita gizi buruk terdapat 143 balita dan 15 balita di antaranya meninggal dunia akibat terjadinya infeksi yang cukup parah. Kasubdin Bina Program Kesehatan Dinas Kesehatan Kalsel, Achmad Rusdiansjah di Banjarmasin, mengungkapkan rata-rata Balita penderita gizi buruk yang meninggal dunia berasal dari kalangan keluarga miskin.

    "Kasus gizi buruk pada dasarnya merupakan aib bagi petugas kesehatan, apalagi ada yang meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis, makanya kita akan gencar untuk menggalakkan program gizi sehat bagi balita," ucapnya. Kendati jumlah balita penderita gizi buruk yang meninggal dunia di Kalsel cukup banyak namun masih dibawah angka rata-rata nasional yang saat ini mencapai 20 persen.

    Masih banyaknya kasus gizi buruk di Kalsel tersebut disebabkan karena belum tertanganinya kasus kemiskinan, kurangnnya asupan gizi secara baik, tingkat pendidikan yang masih rendah dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk membawa balita maupun ibu hamil ke Posyandu.

    Hingga sekarang persentase masyarakat yang bersedia mendatangi Posyandu baru 49,7 persen, sisanya masih enggan untuk memeriksakan diri ke pusat pelayanan terpadu yang dibangun oleh masyarakat tersebut.

    Langkah-langkah dilakukan untuk meringankan beban penderita "marasmus" atau gizi buruk, pada tahun 2008 Pemprov Kalsel memprogramkan pemberian dana kepada penderita sebanya Rp750 ribu untuk membelikan makanan maupun asupan gizi lainnya selama tiga bulan.

    Dana akan dikelola oleh masing-masing bidan desa untuk memenuhi kebutuhan penderita. Jadi dana tersebut tidak akan diberikan berupa uang tunai, tapi untuk susu, kacang hijau dan keperluan gizi lainnya, setiap hari selama tiga bulan.

    Pada 2005 penderita gizi buruk di Kalsel mencapai 103 orang 8 orang diantaranya meninggal dunia, terbanyak di Kabupaten Banjar mencapai 27 orang, dan 2006 total kasus mencapai 250 orang dan 22 orang diantaranya meninggal dunia, terbanyak di Kota Banjarmasin mencapai 138 orang.