06/08/08 20:04Bogor
(ANTARA News) - Biofortifikasi tanaman pangan bisa menjadi salah satu
solusi mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro, termasuk
pro-vitamin A, zat besi, dan zinc, melalui proses rekayasa genetika.
Ketua tim peneliti beras pada International Rice Research Institute
(IRRI), Dr Gerard Barry mengatakan di Bogor, Jawa Barat, Rabu,
biofortifikasi pada tanaman pangan diharapkan melengkapi upaya
pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro yang selama ini telah dilakukan
melalui langkah fortifikasi produk pangan berupa tepung dan minyak.
"IRRI mempunyai komitmen untuk meningkatkan kandungan zat besi, zinc
dan beta karoten pada beras," kata Barry dalam konferensi internasional
bioteknologi yang digelar pada 5-7 Agustus di Bogor.
Proyek penelitian IRRI tersebut didanai oleh USAID melalui HarvestPlus
Rice Crop Team, Universitas Freiburg, dan program Grand Challenge dari
Yayasan Bill & Melinda Gates.
Saat ini, IRRI tengah menguji produk biofortifikasi yang dinamai Golden
Rice, yang sudah disilangkan dengan varietas padi IR64 dengan pengujian
lapangan dilakukan di Filipina. Fortifikasi adalah program memasukan
unsur nutrisi dalam makanan atau bahan pokok.
Pengembangan Golden Rice dilakukan dengan merekayasa gen dalam beras
sehingga mampu memproduksi pro-vitamin A, salah satu zat gizi mikro
yang sebenarnya hanya ditemui pada bagian daun tanaman padi.
Ia mengatakan, beras dikonsumsi sebagai makanan pokok oleh hampir
separuh warga dunia sebagai pemasok utama kalori, terutama di wilayah
Asia dan Afrika.
Ketergantungan yang tinggi terhadap satu jenis makanan pokok ini memicu
terjadinya defisiensi zat gizi mikro seperti zat besi, vitamin A dan
zinc.
Di negara-negara berkembang, 500 ribu orang terutama anak-anak buta
tiap tahun dan hampir 9 juta anak-anak mati setiap tahun karena
malnutrisi.
Defisiensi vitamin A sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
sehingga mendorong tingginya angka kematian anak akibat berbagai macam
penyakit.
Selain Golden Rice, IRRI yang bermarkas di Los Banos, Filipina tersebut
juga melakukan penelitian untuk meningkatkan kandungan zat besi pada
kedelai serta asam amino esensial pada beberapa jenis biji-bijian lain.
Sementara itu, Direktur Southeast Asia Food Science and Technology
Center (SEAFAST) Institut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno Hariyadi,
PhD mengatakan, biofortifikasi bisa dijadikan alternatif peningkatan
gizi masyarakat.
"Bukan hanya pada beras saja, tetapi juga produk pangan lain," kata dia.
Berbeda dengan fortifikasi, dengan biofortifikasi zat gizi mikro yang
ditambahkan menjadi bagian dari tanaman tersebut sehingga kehilangan
zat gizi pada saat pemrosesan menjadi bahan pangan bisa dikendalikan.
"Secara teori, teknik ini berpotensi untuk dikembangkan ke produk tanaman pangan apa saja," katanya.
Masalahnya, lanjut dia, selain memerlukan teknologi canggih, rekayasa
genetika pada tanaman pangan masih tergolong sensitif karena
kekhawatiran sebagian masyarakat mengenai faktor keamanan pangan.
"Padahal sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena untuk
produk-produk tersebut sudah melalui evaluasi keamanan," kata
Purwiyatno. (*)
http://www.antara.co.id/arc/2008/8/6/biofortifikasi-tanaman-pangan-upaya-pencegahan-malnutrisi/
(ANTARA News) - Biofortifikasi tanaman pangan bisa menjadi salah satu
solusi mengatasi masalah kekurangan zat gizi mikro, termasuk
pro-vitamin A, zat besi, dan zinc, melalui proses rekayasa genetika.
Ketua tim peneliti beras pada International Rice Research Institute
(IRRI), Dr Gerard Barry mengatakan di Bogor, Jawa Barat, Rabu,
biofortifikasi pada tanaman pangan diharapkan melengkapi upaya
pemenuhan kebutuhan zat gizi mikro yang selama ini telah dilakukan
melalui langkah fortifikasi produk pangan berupa tepung dan minyak.
"IRRI mempunyai komitmen untuk meningkatkan kandungan zat besi, zinc
dan beta karoten pada beras," kata Barry dalam konferensi internasional
bioteknologi yang digelar pada 5-7 Agustus di Bogor.
Proyek penelitian IRRI tersebut didanai oleh USAID melalui HarvestPlus
Rice Crop Team, Universitas Freiburg, dan program Grand Challenge dari
Yayasan Bill & Melinda Gates.
Saat ini, IRRI tengah menguji produk biofortifikasi yang dinamai Golden
Rice, yang sudah disilangkan dengan varietas padi IR64 dengan pengujian
lapangan dilakukan di Filipina. Fortifikasi adalah program memasukan
unsur nutrisi dalam makanan atau bahan pokok.
Pengembangan Golden Rice dilakukan dengan merekayasa gen dalam beras
sehingga mampu memproduksi pro-vitamin A, salah satu zat gizi mikro
yang sebenarnya hanya ditemui pada bagian daun tanaman padi.
Ia mengatakan, beras dikonsumsi sebagai makanan pokok oleh hampir
separuh warga dunia sebagai pemasok utama kalori, terutama di wilayah
Asia dan Afrika.
Ketergantungan yang tinggi terhadap satu jenis makanan pokok ini memicu
terjadinya defisiensi zat gizi mikro seperti zat besi, vitamin A dan
zinc.
Di negara-negara berkembang, 500 ribu orang terutama anak-anak buta
tiap tahun dan hampir 9 juta anak-anak mati setiap tahun karena
malnutrisi.
Defisiensi vitamin A sangat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh
sehingga mendorong tingginya angka kematian anak akibat berbagai macam
penyakit.
Selain Golden Rice, IRRI yang bermarkas di Los Banos, Filipina tersebut
juga melakukan penelitian untuk meningkatkan kandungan zat besi pada
kedelai serta asam amino esensial pada beberapa jenis biji-bijian lain.
Sementara itu, Direktur Southeast Asia Food Science and Technology
Center (SEAFAST) Institut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno Hariyadi,
PhD mengatakan, biofortifikasi bisa dijadikan alternatif peningkatan
gizi masyarakat.
"Bukan hanya pada beras saja, tetapi juga produk pangan lain," kata dia.
Berbeda dengan fortifikasi, dengan biofortifikasi zat gizi mikro yang
ditambahkan menjadi bagian dari tanaman tersebut sehingga kehilangan
zat gizi pada saat pemrosesan menjadi bahan pangan bisa dikendalikan.
"Secara teori, teknik ini berpotensi untuk dikembangkan ke produk tanaman pangan apa saja," katanya.
Masalahnya, lanjut dia, selain memerlukan teknologi canggih, rekayasa
genetika pada tanaman pangan masih tergolong sensitif karena
kekhawatiran sebagian masyarakat mengenai faktor keamanan pangan.
"Padahal sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena untuk
produk-produk tersebut sudah melalui evaluasi keamanan," kata
Purwiyatno. (*)
http://www.antara.co.id/arc/2008/8/6/biofortifikasi-tanaman-pangan-upaya-pencegahan-malnutrisi/