Selasa, 25/11/2008 19:24 WIB Kisah Sedih PKL Tanah Abang yang Tergusur Didi Syafirdi - detikNews (Foto: Didi Syafirdi/ detikcom) Jakarta - Dengan alasan mengganggu ketertiban umum, pemerintah tanpa belas kasih membongkar kios-kios pedagang kaki lima. Tanpa perlawanan para pedagang hanya bisa pasrah melihat tindakan petugas. Siang itu di Jl Jati Baru, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ratusan petugas berseragam lengkap membongkar paksa kios-kios pedagang. Dengan angkuh mereka menghancurkan tenda-tenda dan membawa barang-barang milik pedagang. "Kemarin petugas bilangnya cuma lewat tidak ada pembongkaran," ujar Erni Wahyuni (65) kepada detikcom, Senin (24/11/2008). Di usianya yang kian senja, Erni, mengaku bingung setelah dagangannya dibongkar. "Saya mau makan apa besok," lirih perempuan paruh baya ini. Sudah 45 tahun Erni menggantungkan hidup dengan membuka warung kopi dan indomie. Tak ayal tindakan petugas membuat mata pencahariannya hilang. "Mau dagang apalagi? Meja, kursi, gerobak diangkut. Modal tidak ada," ucapnya dengan nada sedih. Menurut perempuan yang hidup sebatang kara ini, pembongkaran memang bukan yang pertama kali ia rasakan. Tetapi dia mengaku bingung kalau harus pindah berdagang. "Di sini saya diizinkan berjualan tanpa membayar sewa. Mungkin orang itu kasihan melihat saya," ungkapnya. Erni mengaku pendapatannya perharinya hanya cukup untuk makan. "Sehari kotor Rp 30 ribu, bersihnya paling Rp 15 ribu, cukup tidak cukuplah," ungkapnya. Hal senada diungkapkan oleh Santi (50) pedagang minuman. Dia mengecam pembongkaran yang dilakukan oleh petugas. "Pemerintah tidak punya perikemanusiaan. Kami mau makan apa," tegasnya dengan nada tinggi. Perempuan asal Yogyakarta ini, berharap agar pemerintah memikirkan nasib pedagang-pedagang yang tidak mampu. "Bikinin pasar yang sesuai untuk rakyat miskin, biar kita bisa hidup," pintanya.(did/gah) |
01 December 2008
Kisah Sedih PKL Tanah Abang yang Tergusur
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Monday, December 01, 2008