http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/24/1606072/.kemiskinan.di.pedesaan Indikator Kemiskinan di Pedesaan Jumat, 24 Juli 2009 | 16:06 WIB Pertumbuhan kemiskinan di Jawa Tengah dalam tiga tahun terakhir cenderung menurun. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 1996-2009, jumlah penduduk miskin rata-rata berkurang sekitar 80.000 keluarga per tahun. Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya kemampuan seseorang atau kepala keluarga dalam menambah pendapatan rumah tangga. Daerah pedesaan memberikan andil penurunan kemiskinan terbanyak karena rata-rata jumlah penduduk miskinnya menyusut sekitar 130.000 per tahun. Kondisi ini berbeda dengan daerah perkotaan, di mana kemajuan ekonomi justru menciptakan kemiskinan baru sekitar 50.000 penduduk per tahun. Dalam survei tersebut, penentu kemiskinan ditentukan oleh kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup minimum yang terdiri dari makanan dan non-makanan. Hasilnya berupa garis kemiskinan yang dinilai dengan nominal uang. Artinya, Susenas selama ini mengindikasikan bahwa kemampuan ekonomi mayoritas warga desa terus meningkat sehingga perekonomian mereka bisa berada di atas garis kemiskinan. Meski demikian, kemiskinan di pedesaan masih saja kentara karena mayoritas penduduk Jateng bermukim di desa daripada kota. Selain itu, kemiskinan memang masih lekat dengan pedesaan karena mayoritas penduduknya menggantungkan kehidupan mereka pada pertanian. Dengan kepemilikan lahan rata-rata di bawah 0,5 hektar menyebabkan para petani di desa berada di tepian garis kemiskinan. Kondisi inilah yang membuat desa selalu diidentikkan dengan kemiskinan. (IWN, Litbang Kompas) |
27 July 2009
Indikator Kemiskinan di Pedesaan
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Monday, July 27, 2009