http://koran.kompas.com/read/xml/2009/07/14/11315986/minat.jadi.tki.tetap.tinggi. Minat Jadi TKI Tetap Tinggi Selasa, 14 Juli 2009 | 11:31 WIB Indramayu, Kompas - Minat warga Indramayu bekerja di luar negeri sangat tinggi meskipun banyak kasus kekerasan dan penyiksaan menimpa tenaga kerja wanita Indonesia. Kekerasan itu hanya dianggap sebagai nasib sial yang bisa dialami siapa pun. "Mereka lebih memilih kerja jadi tenaga kerja Indonesia (TKI) daripada kerja di Jakarta. Padahal, di Jakarta juga banyak lowongan untuk menjadi pembantu rumah tangga," kata Tarsono, staf perusahaan jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) PT Karya Bahrindo Citra, Senin (13/7) di Indramayu. Pengurus PJTKI PT Arya Duta Bersama, Subagyo, mengatakan, warga Indramayu yang berminat menjadi TKI tidak menghiraukan kekerasan fisik yang selama ini dialami sejumlah tenaga kerja wanita (TKW). Mereka menganggap hal itu sebagai takdir. Apabila bernasib baik, mereka akan pulang dengan uang banyak. Sebaliknya jika sedang bernasib jelek, berarti mereka pulang dengan bekas luka, siksaan, bahkan meninggal. Desakan kebutuhan ekonomi serta tidak banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia menyebabkan animo masyarakat Indramayu menjadi TKI sangat besar. Terlebih melihat tetangga mereka yang bekerja di luar negeri bisa membangun rumah atau memiliki barang-barang konsumtif. "Buktinya, sebulan terakhir PT Arya Duta Bersama mengirimkan 17 TKI per minggu, padahal beberapa bulan yang lalu hanya tiga orang per minggu," ujar Subagyo. Kepala Subdinas Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Indramayu Iwan Hermawan mengakui, jumlah calon TKI terus bertambah meski banyak TKW Indramayu mengalami kekerasan dalam bekerja. "Mereka hanya bermodal nekat dan ingin memenuhi kebutuhan hidup yang mendesak, tetapi kualitas tidak punya," ujar Iwan. Tiga kali lipat Data Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Indramayu menyebutkan, selama Januari-Juni 2009 TKI yang dikirim sebanyak 413 orang per bulan. Bahkan, pada Juli ini jumlah TKI yang dikirim diperkirakan 700 orang karena mulai masuk musim kemarau sehingga tidak ada lagi aktivitas pertanian. Tahun 2008 jumlah TKI Indramayu yang diberangkatkan mencapai 8.000 orang. Pada semester I-2009 jumlahnya mencapai 2.483 orang. Namun, yang dikirim ditaksir tiga kali lipat dari angka resmi karena banyak TKI yang tidak dilaporkan PJTKI. Iwan menjelaskan, mayoritas calon TKI Indramayu berpendidikan rendah sehingga mudah diperdaya dan dirugikan majikan serta penyedia jasa. Contohnya, kekerasan fisik yang dialami Sarminah binti Carim Sarwan (19), warga Desa Majakerta, Balongan, saat bekerja di Uni Emirat Arab. Gadis yang masih terbaring di RSUD Indramayu itu mengalami luka pukulan benda tumpul di kepala dan seluruh tubuhnya. Menurut pengakuan Sarimah, selama tiga tahun bekerja, dia selalu disiksa majikan perempuannya. Meski demikian, dia tidak berani melaporkan kejadian yang dialaminya. Ironisnya, saat dipulangkan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), dia tidak dibawa terlebih dulu ke rumah sakit, tetapi malah langsung dibawa pulang ke Indramayu. Pemerintah pusat kerap melanggar Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2006 tentang Kebijakan Reformasi Sistem Penempatan dan Perlindungan TKI. "Banyak TKI asal Indramayu yang bisa berangkat tanpa dilengkapi rekomendasi paspor dari dinas. Seharusnya kan tidak boleh," kata Iwan. (THT) |
14 July 2009
Minat Jadi TKI Tetap Tinggi
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Tuesday, July 14, 2009
Label: Buruh migran