-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

29 July 2009

Sahrul Ingin Membuat Orangtuanya ‘Tersenyum’

http://www.beritakota.co.id/berita/kota/10737-sahrul-ingin-membuat-orangtuanya-tersenyum.html


Sahrul Ingin Membuat Orangtuanya 'Tersenyum'
Sabtu, 25 Juli 2009 05:57
BOCAH berusia 12 tahun itu bernama Sahrul. Pakaiannya lusuh, tanpa alas kaki, dan tangannya banyak luka lagi. Pada Kamis (23/7) lalu, dia memegang sapu seraya membersihkan gerbong kereta api ekonomi yang melaju dari Depok menuju Kota, Jakarta Barat.

Sahrul tidak tahu hari itu Hari Anak Nasional (HAN). Sebagaimana biasa dia menyapu sampah yang bertebaran di gerbong dengan harapan ada penumpang yang iba, lalu memberikan recehan kepadanya. Dia lebih banyak diam ketika diajak bincang-bincang. Ya, Sahrul memang tidak tahu bahwa dua hari lalu seyogyanya hari menyenangkan baginya, sebagaimana banyak anak seusianya yang menikmati Hari Anak Nasional di tempat hiburan dan lokasi lain. Sharul adalah yatim piyatu. Beberapa waktu lalu kedua orangtua yang sangat dicintainya meninggalkannya untuk selama-lamanya, akibat didera demam berdarah dengue (DBD).

Dia tak memiliki sanak keluarga. Kehilangan orangtua di usia yang sangat muda memaksanya putus sekolah sejak kelas VI SD. Sejak itu pula dia sebatang kara, harus menghidupi diri sendiri. Dia memutuskan datang ke Jakarta dengan mengendap-endap menumpang bus jurusan Jakarta dari daerah Jawa.

Banyak cerita pahit mengendap di memorinya. Mulai dimarahi pelayan restoran terkenal karena meminta sepotong roti, hingga nyaris ditangkap Satpol PP. Dipalak preman pun pernah dirasakannya, sehingga harus menahan lapar karena seluruh penghasilannya dikuras.

Saban hari Sharul berpeluh keringat dengan penghasilan tak menentu. Bila penumpang kereta ramai biasanya dia mendapatkan rezeki Rp10.000, jika sepi harus puas mengantongi Rp2.000.

Selain menyapu kereta, Sharul sering mencari tambahan membantu memberesi kios yang hendak ditutup pemiliknya di Stasiun KA Bogor. Di sana dia bisa kebagian upah Rp5.000. Dengan upah sekecil itu dia bersyukur, bisa mengisi perut yang keroncongan.

Dia kerap sedih melihat anak seusianya pergi sekolah pagi hari, padahal dirinya harus meraih sapu lidi untuk memulai pekerjaannya di atas kereta. Menjelang malam, ketika anak-anak lain hidup berkecukupan, bisa tidur lelap dengan nyaman di kasur. Baginya, diperbolehkan tidur di peron kereta sudah cukup bahagia.

Nasib mengantarnya menjadi penyapu kereta. Sharul memendam cita-cita ingin melanjutkan sekolah supaya bisa mendapat pekerjaan yang layak. Dia ingin membuat kedua orangtuanya tersenyum bangga di alam baka. O pkl-e