BK/LIA TERJARING: PULUHAN wanita penghibur di salah satu diskotek berhasil di razia petugas Satpol PP Jakarta Timur, Senin (1/9) dinihari. Mereka langsung digelandang dan di kirim ke panti sosial milik pemprov untuk dibina.
Petugas Satpol PP Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara langsung melayangkan bogem mentah kepada Suherman, ketika hendak menyelamatkan keponakannya Wahyu Nugroho (11), saat tertangkap petugas.
OPERASI penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di berbagai wilayah semakin gencar dilakukan petugas Satpol PP. Namun razia yang digelar Satpol PP Kecamatan Cilincing Jakarta Utara di sejumlah kawasan seperti di Jl Jl Cakung-Cilincing (Cacing), Jl Kramat Jaya, dan Simpang Lima Semper, Cilincing diwarnai pemukulan aparat terhadap salah seorang warga. Petugas dinilai arogan dan tidak peri kemamusiaan.
Peristiwa itu terjadi saat petugas hendak merazia pengemis di Jl Kramat Jaya, tepat di depan Ramayana Semper, Senin (31/8). Puluhan petugas yang diturunkan langsung memukul salah seorang warga bernama Suherman. Padahal saat itu Suherman hendak menolong keponakannya Wahyu Nugroho (11) yang terjaring razia. Saat Wahyu tertangkap, Suherman mengaku jika ia adalah pamannya. Namun petugas tidak percaya dan untuk membuktikannya, Suherman langsung bergegas menuju rumahnya untuk mengambil Kartu Keluarga (KK). Namun niat itu tidak diinginkan petugas dan langsung menghadangnya. Sejumlah pukulan pun mendarat di tubuh Suherman. Tidak bisa melawan, lelaki paruh baya itu ikut digelandang ke Kantor Kecamatan Cilincing dan Kantor Walikota.
Nur Ali (40), salah seorang warga Kampung Bulakkecil, Gang Budi Karya (BK), RT 006/013 Sempertimur yang menyaksikan kejadian itu menyatakan, sikap petugas sangat arogan dan tidak manusiawi. Sebagai aparat pemerintah, seharusnya bersikap arif dan bijaksana. Bukan memberi contoh yang tidak baik. Apalagi, Suherman hanya berupaya membebaskan keponakannya agar tidak terjaring.
Mugeni (61) kakek Wahyu, membantah jika cucunya yang masih duduk dibangku sekolah kelas VI SD itu adalah pengemis. Wahyu berada di kawasan itu karena sedang bermain bukan mengemis. "Cucu saya siswa SD kelas VI bukan pengemis kenapa harus ditangkap," jelasnya.
Kasatgaspol PP Kecamatan Cilincing, Mursada, enggan mengomentari masalah itu. Pihaknya hanya menjelaskan jika razia yang digelar berhasil menjaring 15 PMKS. Di antaranya pengemis, pengamen, dan tukang parkir.
Di tempat terpisah Satpol PP Jakarta Timur menjaring 60 PSK terjaring dari sejumlah lokasi dalam sebuah razia yang digelar, Senin (31/8) dinihari. Bahkan di sekitar kawasan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), petugas berhasil menggelandang 139 warga yang terdiri dari wanita penghibur, waiters, pria hidung belang, dan empat pria di salah satu lokasi Biliard di Pulogebang. Sebelumnya, pada Minggu (30/8) dinihari, petugas berhasil menjaring 30 pasangan mesum yang berada di kamar hotel tanpa ikatan resmi di dua hotel berbeda di Jatinegara.
Kasiops Penertiban Satpol PP Jaktim Lantip mengatakan, dari penertiban yang digelar itu, pihaknya berhasil menjaring sebanyak 209 warga. "Setiapkali digelar penertiban, pasti ada yang protes, termasuk pemilik café. Tapi mereka tidak bisa berbuat banyak karena sudah peraturan," tukas Lantip.
Sementara puluhan PMKS yang tersebar di Jakarta Barat, lari kocar-kacir menyelamatkan diri saat melihat kehadiran petugas Satpol PP yang tengah mengelar razia. Namun upaya itu sia-sia lantaran petugas sudah mengepung lokasi mereka. Ahkirnya petugas berhasil menjaring 71 PMKS yang langsung diangkut ke Panti Sosial Kedoya untuk diberikan pembinaan.
Kasiops Satpol PP Pemkot Jakbar, Choiruddin menyatakan, petugas langsung menyisir kawasan Stasiun Kereta Api Beos, Terminal bus Grogol dan perempatan lampu merah Grogol, lampu merah Tomang, lampu merah Slipi, Cengkareng, dan Terminal bus Kalideres. O dra/lia/oan |