http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/09/29/12010917/Rumitnya.Menangkap.Brutus.di.Satpol.PP Ngadeupaan Lincar Rumitnya Menangkap Brutus di Satpol PP Selasa, 29 September 2009 | 12:01 WIB Senin (28/9) pukul 09.30, saya melongok telepon seluler saya yang sejak Minggu malam tergeletak di meja televisi. Ada dua panggilan tak terjawab dari dua rekan saya. Segera saya telepon balik. Teman saya mengabarkan, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bandung bersiap-siap merazia pedagang kaki lima (PKL) di Alun-alun Bandung dan Pasar Baru. Info serupa saya terima pada Minggu menjelang tengah malam. Pagi itu saya segera sarapan dan menuju lokasi yang dimaksud. Tiba di Alun-alun Bandung, suasananya jauh berbeda dari biasanya. Tidak ada lagi PKL yang biasanya mengepung Alun-alun dan Masjid Raya Bandung. Satpol PP pun hanya mengangkut dua truk kios PKL. Padahal, jumlah PKL di Alun-alun mencapai 130 orang. Jika semua kena razia, kiosnya bisa mencapai 12 truk. "Mungkin PKL sudah mendengar akan ada razia, makanya sepi," kata Kurnaedi, Kepala Bidang Operasi Satpol PP Kota Bandung. Dua truk kios PKL yang terjaring itu ironis dengan persiapan Kurnaedi yang sudah menyiagakan delapan truk dan 210 anak buahnya. Mereka hanya keliling Alun-alun dan Pasar Baru sebelum akhirnya kembali ke markas. Sebagaimana para wartawan, para PKL selalu pasang telinga terkait dengan informasi jadwal razia Satpol PP. Mereka juga kerap saling kontak sesama PKL untuk mengetahui perkembangan keamanan. Jadwal razia mudah diendus karena PKL punya jaringan ke dalam Satpol PP. Tentu jaringan tersebut beranggota oknum Satpol PP yang mencari untung dari PKL. Menurut penuturan warga, termasuk seorang PKL, para PKL membayar iuran minimal Rp 4.000 per bulan kepada pengepul. Pengepul ini menyerahkan uang itu kepada oknum Satpol PP yang disebut komandan. Komandan inilah yang nanti membisiki PKL jika ada razia. Sindikasi seperti ini sudah lama terendus petinggi Satpol PP, termasuk Wali Kota Bandung Dada Rosada. Kepala Satpol PP Kota Bandung Ferdi Ligaswara berulang kali berjanji akan menertibkan anggotanya dan membina oknum yang merusak citra Satpol PP itu. Beberapa anggota Satpol PP dia tegur karena terbukti meminta uang dari PKL. Rupanya praktik serupa masih ada. Pertemanan memang tidak selalu baik, apalagi jika berteman dalam misi ketidakjujuran. Kita berharap semoga Satpol PP bersih dari "kucing" yang doyan berteman dengan "tikus." Si "kucing" ibarat Brutus yang mengkhianati lembaganya. (Mohammad Hilmi Faiq) |
29 September 2009
Rumitnya Menangkap Brutus di Satpol PP
Diunggah oleh The Institute for Ecosoc Rights di Tuesday, September 29, 2009