-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

09 September 2009

Usai Ngamen, Gelar Keagamaan

http://www.beritakota..co.id/berita/berita-utama/14063-usai-ngamen-gelar-keagamaan.html

Usai Ngamen, Gelar Keagamaan
Sabtu, 05 September 2009 01:00
MENGINTIP AKTIVITAS ANAK JALANAN DI BULAN RAMADAN (6-habis)

OLEH: ARIA TRIYUDHA

CITRA anak jalanan (anjal) yang identik dengan kumuh dan kerap bersentuhan dengan tindak kriminalitas tak dipungkiri masih melekat kuat di benak masyarakat. Publik memandang anjal hanyalah sebuah sampah masyarakat yang kehidupan sehari-harinya jauh dari kaidah norma agama dan sosial.

BK/YUDHA
I'TIKAF: Beberapa pemuda dari Komunitas Generasi Seniman Jalanan (GSJ) melakukan I'tikaf selama bulan Ramadan di Sanggar Krida Wanita (Sangkrini) Jl Hangtuah Raya, Kebayoranbaru, Jakarta Selatan. 

Namun, pandangan tersebut mungkin salah dan tak sepenuhnya benar. Sebab, banyak pula anjal yang menjalani hidup dan membekali dirinya dengan iman dan takwa, kreativitas serta keahlian guna mencari uang dengan cara yang halal dan tidak melanggar hukum.

Seperti halnya di bulan Ramadan ini. Tak sedikit dari para anjal yang meningkatkan dan mempertebal keimanan dan takwa dengan mengikuti kegiatan keagamaan.

Salah satu contohnya adalah para anjal yang tergabung dalam komunitas Generasi Seniman Jalanan (GSJ). Komunitas ratusan anjal yang sehari-hari memusatkan kegiatannya di Sanggar Krida Wanita (Sangkrini) Jl Hangtuah Raya, Kebayoranbaru, Jakarta Selatan  tersebut kerap menggelar ibadah I'tikaf selama bulan Ramadan ini.

I'tikaf yang kurang lebih mempunyai makna tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah guna mendekatkan diri kepada Allah SWT ini dilakoni para anjal yang biasa berkumpul di sanggar bangunan berasitektur rumah adat Betawi tersebut dengan ikhlas dan tanpa paksaan.

Menurut Budi Setiono (35), koordinator Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) anjal Sangkrini, kegiatan ibadah I'tikaf tersebut memang sengaja diadakan guna meningkatkan iman dan takwa para anjal yang sebagian besar menggantungkan hidupnya dengan mengamen. "Jelang malam tiba, para anjal berangkat ke masjid guna beribadah I'tikaf," tuturnya.

Ibadah tersebut biasa digelar di Masjid Al Fajar di kawasan Jl Lauser, Kebayoranbaru, Jakarta Selatan. Lebih jauh Budi menjelaskan, ibadah I'tikaf itu memang sengaja digiatkan guna menggantikan kegiatan lain yang memang ditiadakan sejak bulan puasa bergulir.

Kegiatan yang vakum di bulan Ramadan ini seperti latihan grup band akustik yang secara rutin dilakukan beberapa kali dalam sepekan.

Pasalnya, sekedar diketahui, sejak berdiri tahun 2000 silam, komunitas GSJ yang menaungi sekitar kurang lebih 500 anjal tersebut telah berhasil mengarahkan anak–anak yang nasibnya kurang beruntung dengan membentuk band akustik sesuai dengan kemampuan bermusik masing-masing. "Setidaknya ada 10 grup band akustik di komunitas ini," tambah Budi.

Grup band akustik beranggotakan para anjal itu kerap mengisi program acara di televisi milik pemerintah dan sejumlah kafe yang bertebaran di Ibukota. "Dalam satu bulan satu grup bisa mengisi empat kali program acara di televisi," ungkapnya.

Budi merasa bangga, anjal yang kurang beruntung dari sisi ekonomi tersebut mampu menghimpun diri dalam suatu komunitas dengan biaya swadaya dari sesama anggota sehingga berkarya positif bagi masyarakat luas. "Jadi masyarakat tidak memandang sebelah mata lagi kepada anjal" pungkasnya.

Jagat (30), salah satu penggiat dan pembina anjal lainnya di komunitas tersebut mengungkapkan, selain kegiatan latihan band akustik guna mengisi program acara televisi, di sanggar tersebut juga kerap digelar kegiatan lain. Salah satunya adalah latihan teater bagi anjal yang berminat di dunia seni peran. O