-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

02 October 2009

Anjal Curhat ke Patung, Pemkot Tak Peduli, 4.800 Anak Putus Sekolah

http://www.surya.co.id/2009/07/27/anjal-curhat-ke-patung-pemkot-tak-peduli-4800-anak-putus-sekolah.html

Anjal Curhat ke Patung, Pemkot Tak Peduli, 4.800 Anak Putus Sekolah

Senin, 27 Juli 2009 | 8:08 WIB | Posts by: jps | Kategori: Malang Raya | ShareThis

Malang-Surya-Angka putus sekolah dari keluarga miskin di Kota Malang ternyata sangat banyak. Mereka yang putus sekolah karena terbentur biaya pendidikan kurang lebih 4.800 anak.
Untuk mencukupi kebutuhan makan keluarganya, para anak-anak miskin yang tak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi itu terpaksa memilih mengais rezeki dengan menjadi anak jalanan (anjal) seperti mengamen dan mengemis di sejumlah perempatan jalan. Namun, ada juga yang pilih menganggur di rumah.

"Sebenarnya jumlah anak miskin di Kota Malang yang tak dapat melanjutkan sekolah tahun ini mencapai 5.000 anak. Namun, berkat upaya teman-teman akhirnya sekitar 200 anak dapat melanjutkan sekolah secara gratis," kata Moh Amrulloh, Presiden Aliansi Masyarakat Miskin Kota Malang (AM3)), Minggu (26/7).

Menurut Amrulloh, agar seluruh anak miskin itu dapat sekolah dengan gratis, AM3 telah memperjuangkannya sejak 2007. "Kami sering mengeluh ke pemkot dan dewan, namun tak pernah ada anggaran untuk mereka," jelas Amrulloh.

Karena anak-anak miskin merasa telah putus asa dengan perjuangan itu, mereka akhirnya 'mengadu' ke patung pahlawan di Jl Mastrip agar keluhan mereka dilanjutkan dan didengar Tuhan, Minggu (26/7).

Di depan monumen Mastrip ini, sebanyak 35 anak miskin 'menggotong' bumi yang di dalamnya berisi poster-poster soal biaya pendidikan. Di antara poster itu berbunyi, 'masuk SMP Rp 3 juta', 'uang gedung', 'uang komite', dan '5.000 anak putus sekolah'.

M Faizun, Koordinator Program AM3, memambahkan mereka yang mengikuti teatrikal dalam rangka Hari Anak Nasional itu berasal dari Sukun.

Rudi Setiawan, 15, asal Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Sukun, mengaku sempat putus sekolah selama 2 tahun karena tak punya biaya. Rudi yang seharusnya sudah kelas 3 SMP akhirnya baru dapat melanjutkan sekolah ke SMPN 12 secara gratis setelah mendapat bantuan dari aktivis AM3.

Hal serupa juga dialami Indah, 13, pengamen di Alun-alun Merdeka, dan Wiji Astuti, 13, juga pengamen. Indah bisa sekolah gratis di SMPN 8, sedang Wiji di SMP 19. "Hanya lembar kerja siswa (LKS) yang beli sendiri Rp 6.000-Rp 10.000, dan itu kami upayakan dari hasil mengamen," jelas Indah.

Agar mereka rajin sekolah, aktivis AM3 memberlakukan peraturan yang ketat. Anak laki-laki yang ketahuan membolos dikenai sanksi harus push up sebanyak 30 kali, sedang perempuan membersihkan sampah di tempatnya mengamen sebanyak sekardus. "Peraturan ini telah disepakati mereka," pungkas Amrulloh.ekn