-->

Headlines

The Ecosoc News Monitor

13 October 2009

Pemasaran PS Diprotes

http://www.beritakota.co.id/berita/bodetabek/16800-pemasaran-ps-diprotes.html

Pemasaran PS Diprotes
Selasa, 13 Oktober 2009 03:00
Penjualan lapak-lapak Pasar Segar Depok diprotes APPSI karena melanggar kesepakatan. Pedagang tradisional yang menjadi korban kehadiran pasar tersebut tidak diprioritaskan.

KEHADIRAN Pasar Segar di Kota Depok kembali menuai masalah. Setelah pada awal pembangunannya ditolak oleh para pedagang pasar tradisional, kini proses pemasaran lapaknya diprotes Asosiasi Pedagang Pasar Indonesia (APPSI) Kota Depok.

Menurut Seketaris DPD APPSI Kota Depok M Gufron, Senin (12/10), berdasarkan kesepakatan lisan dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Depok, kewenangan pemasaran lapak-lapak di Pasar Segar (PS) untuk pedagang tradisional, pihaknya yang menangani. Namun, faktanya, kesepakatan itu tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya. "Kewenangan itu dijanjikan kepada kami pada Februari 2009. Kami diberi kewenangan memasarkan lapak kepada para pedagang pasar tradisional yang terkena dampak pembangunan Pasar Segar," ungkap Gufron.

Selain itu, ungkap Gufron, berdasarkan informasi yang diperoleh, lapak PS telah diperjualbelikan oleh pedagang. Seorang pedagang mendapatkan hingga empat unit lapak kemudian dijual kembali kepada pedagang lain dengan uang muka Rp1,4 juta untuk lapak berukuran 1mx2m. "Harusnya lapak tersebut diberikan gratis selama tiga bulan. Namun, ternyata lapak telah habis dijual. Ironisnya ada pedagang yang juga menjadi calo lapak," ujarnya geram.

Pernyataan Gufron itu dibenarkan Mardani, Ketua APPSI Kisariat Pasar Kemirimuka, Kecamatan Beji. Menurut dia, kehadiran PS saja sudah sangat merugikan pedagang kecil. Apalagi, tambahnya, kini lapak-lapak yang seharusnya diperuntukkan bagi pedagang di Pasar Agung dan Pasar Kemirimuka yang terkena langsung dampak pembangunan pasar semimodern itu sudah diperjualbelikan. "Seharusnya pedagang di Pasar Kemirimuka dan Pasar Agung mendapat 100 unit lapak, selebihnya untuk pedagang di pasar-pasar lain di Kota Depok," kata Mardani kesal.

Dikatakan, harusnya Pemkot Depok memerhatikan nasib pedagang kecil di pasar tradisional, bukan justru mematikan. Keresahan Mardani sudah sejak lama dirasakan. Bahkan masalah itu pernah ia ungkapkan dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Pemkot Depok sebelum ada pasar modern.

Menurut Mardani, yang seharusnya dilakukan Pemkot Depok saat ini adalah memperbaiki pasar yang ada. Pasalnya, hampir seluruh pasar di Depok bermasalah, seperti Pasar Kemirimuka dan Pasar Reni Jaya yang lahannya bermasalah, dan Pasar Agung yang lahan parkirnya kurang memadai. "Perbaiki saja sarana dan prasarana pasar yang ada, jangan justru mengadakan yang belum ada. Ini sama saja mematikan kami," tandasnya geram.

Ketua APPSI Komisariat Pasar Agung M Zein membenarkan pernyataan kedua rekannya. Ia meminta Pemkot Depok memerhatikan aspirasi para pedagang pasar tradisional. Ia berharap adanya solusi terbaik dan tercepat guna meningkatkan pendapatan pedagang yang tidak sempat memiliki lapak di PS. Jika aspirasinya tidak serera ditanggapi, para pedagang akan berunjuk rasa. O jay